JAKARTA – Dua tahun di periode kedua Pemerintahan Joko Widodo ( Jokowi ) menunjukkan masyarakat Indonesia makin dewasa dan bisa memilah isu. Hal ini dikatakan Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte.
“Bertentangan dengan apa yang kita dengar di media sosial atau perdebatan-perdebatan politik,” kata Philips menanggapi survei SMRC bertajuk Evaluasi Publik Nasional Dua Tahun Kinerja Presiden Jokowi , Rabu (20/10/2021).
“Bahwa masyarakat kita mudah diporak-porandakan oleh medsos. Mereka bisa menilai kebijakan dan kepalanya tidak panas,” tambahnya.
Philips mencontohkan, misalnya masyarakat menilai ekonomi rumah tangga memburuk tapi perekonomian secara nasional cenderung membaik. Meski ada isu-isu yang tidak terdesentralisasi seperti isu keamanan dan penegakan hukum yang dianggap buruk.
Menurut Philips, dengan melihat tren positif kepuasan pada tahun kedua di periode kedua pemerintahan Jokowi, Jokowi sedang menuju pada tren yang baik menjelang akhir pemerintahannya.
Karena kepercayaan pemerintah tinggi sekali yakni 68,5% atau hampir 70%. Bahkan, kepala negara di seluruh dunia pasti akan sangat iri hati pada Jokowi jika melihat tingkat kepuasan yang tinggi ini.
“Di Amerika approval rating 50% sudah bahagia sekali dan semua presiden di Amerika yakin akan terpilih lagi, begitu juga di Eropa sama. Kepercayaan 40% 50% sudah lumayan. Dan Pak Jokowi konsisten, tahun pertama tahun kedua hampir 70%,” ujarnya.
Alasannya dia menjelaskan, walau masyarakat sangat kritis, dengan adanya tren korupsi yang meningkat, penegakan hukum yang memburuk, tapi kepuasan terhadap pemerintah masih tinggi dan kepercayaannya tinggi sekali. Ini menunjukkan bahwa modal politik Jokowi kuat.
“Ini modal bagi Pak Jokowi sudah periode kedua tidak bisa mencalonkan lagi, modal menjelang akhir pemerintahan Pak Jokowi, modal sosial menciptakan legacy yang sangat baik,” ungkap Philips.