Penumpang LRT Sumsel Mengalami Fluktuasi

PALEMBANG – Selama tiga tahun beroperasi Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan (Sumsel) terus mengalami fluktuasi penumpang. Sejak beroperasi pertama kali pada tahun 2018 tingkat okupansi mencapai 154.572 penumpang per bulan meningkat menjadi 218.263 penumpang per bulan pada tahun 2019.

Jumlah tersebut tiba-tiba merosot sejak memasuki tahun 2020 di awal pandemik. Pihak Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumsel mencatat, jika sebelum COVID-19 diumumkan di bulan Maret, jumlah penumpang masih tinggi sebelum merosot menjadi 87.803 dalam rata-rata per bulan.

Seiring waktu, di tahun 2021 Balai Pengelola Kereta Api Ringan mencatat, tingkat okupansi penumpang mulai membaik meski tidak seperti tahun 2019 dengan rata-rata penumpang per bulan mencapai 115.538 hingga Agustus 2021.

“Tahun lalu, total jumlah penumpang mencapai 1.053.637 orang. Sementara di 2019, jumlahnya 2.619.519 orang. Jauh sekali perbandingannya,” ungkap Kepala Balai Pengelola KA Ringan Sumsel, Amanna Gappa, Sabtu (11/9/2021).

Ammana menjelaskan, di tahun 2021 pihaknya menargetkan jumlah okupansi akan lebih baik dibanding tahun 2020 lalu. Mengingat, hingga Agustus 2021, total keseluruhan jumlah penumpang LRT Sumsel telah mencapai 924.306 orang. Atau lebih dari 90 persen total penumpang 2020.

“Kami optimis jumlahnya bisa meningkat. Makanya, pelayanan terhadap penumpang terus diperbaiki,” ungkapnya.

Lanjutnya, upaya meningkatkan jumlah penumpang juga terus dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang. Berdasarkan hasil survei indeks kepuasan penumpang di tahun ini menyentuh nilai rata-rata 88 persen atau dalam kategori baik.

“Tetapi kami akan terus perbaiki sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Seperti tadi ada saran untuk mempersingkat headway (waktu tunggu) kereta. Ini akan jadi bahan evaluasi kami,” beber dia.

Senada, Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian, Zulmafendi membeberkan, jika kebutuhan pelayanan perkeretaapian di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Pihaknya memandang hal tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik, dengan melakukan berbagai evaluasi.

“Kita perlu sumbangsih saran dari masyarakat, pelayanan seperti apa yang dibutuhkan masyarakat, utamanya pengguna LRT ini. Kami juga coba serap saran dari seluruh stakeholder,” ujarnya.

Salah satu langkah ke depan, pihaknya akan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) yang lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.

“Bisa menggunakan aplikasi serta kemajuan teknologi yang sedang berkembang. Misal dari pembelian tiket yang sudah bisa dilakukan elektronik atau berbagai kebutuhan lainnya,” pungkasnya. (RZ)

Editor: Suryadinata.