HALOPOS.ID,INDONESIA – Ancaman perubahan iklim sudah mulai menghantui dunia. Hal ini semakin nyata dengan bukti-bukti bahwa sebagian bagian dari bumi sudah mulai berubah.
Terbaru, sebuah penelitian menyebut bahwa kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/MENA) diprediksi akan mengalami gelombang panas. Bahkan, suhu gelombang panas tersebut dapat mencapai 60 derajat Celcius atau lebih tinggi.
Dampaknya pun akan sangat menghancurkan. Termasuk kekurangan air kronis, ketidakmampuan untuk menanam makanan karena cuaca dan kekeringan ekstrem, lonjakan kematian terkait panas serta masalah kesehatan.
Dalam studi terbaru di jurnal Nature, sekitar tahun 2100 mendatang, sebanyak 600 juta penduduk, atau 50% dari populasi wilayah tersebut, mungkin terkena peristiwa cuaca “super-ekstrem” jika proyeksi gas rumah kaca saat ini terus berlanjut.
“Berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, panas terik akan berpotensi mengancam jiwa manusia,” tulis para ilmuwan, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (9/10/2021).
Sementara itu, dalam jurnal yang sama, penelitian terbaru dari Amerika Serikat (AS) menyebutkan jika tidak ada perubahan, maka 95% permukaan laut Bumi menjadi tak layak huni pada 2100. Penelitian tentang perubahan iklim ini telah dilakukan sejak abad ke-18.
Mereka pun memprediksi bagaimana emisi karbon mempengaruhi dunia pada 2021. Salah satunya kehidupan laut.
Sebagian besar kehidupan laut didukung oleh permukaan laut yang dicirikan oleh suhu air permukaan, keasaman, dan konsentrasi mineral arogonit yang dibutuhkan mahkluk laut guna membuat tulang atau cangkang. Namun dengan meningkatnya tingkat CO2 (karbon dioksida) di atmosfer, setidaknya dalam tiga juta tahun, ada kekhawatiran suhu permukaan laut mungkin menjadi kurang bersahabat dengan spesies yang hidup di sana.
Beberapa pihak pun juga mulai mengkonfirmasi hal ini. Dalam percakapan astronot asal Perancis, Thomas Pesquet, dengan Presiden Emmanuel Macron akhir pekan ini, Pesquet mengatakan planet bumi terlihat “rusak dan rapuh”, apalagi jika dilihat dari luar angkasa.
“Kami melihat efek merusak dari aktivitas manusia, polusi sungai dan polusi udara,” lanjutnya.
Dunia sendiri saat ini sedang berusaha untuk mengantisipasi perubahan iklim yang lebih ekstrem. Pekan lalu, para pemimpin dunia bertemu dalam KTT perubahan iklim COP26 di Glasgow, Inggris. Mereka menyerukan hal-hal untuk menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius. Salah satu hal yang dilakukan adalah berkomitmen untuk mengurangi aktivitas PLTU batu bara.