Curah Hujan Meningkat, Titik Hotspot Masih Muncul 

PALEMBANG – Meskipun curah hujan di bulan September hingga Oktober akan terus meningkat, namun tidak segera meniadakan hotspot. Artinya dalam dua bulan ke depan, potensi hotspot masih bisa muncul. Hal itu di ungkapkan oleh Kepala Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Palembang, Wandayantolis, Senin (13/9/2021).

Wandayantolis mengatakan, berdasarkan prakiraan data, masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan, sebagian besar wilayah di Sumsel akan mengalami hujan. Tapi kondisi tersebut tetap memungkinkan bagi titik panas mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan atau karhutla.

“Meski Sumsel terus di guyur hujan deras dan angin kencang, titik api atau hotspot masih bisa muncul di lahan-lahan gambut,” katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Iriansyah mengaku Sumsel memiliki dua kerawanan bencana yang disebabkan oleh kondisi iklim, meskipun kemarau bisa berpotensi banjir.

“Kemarau di Sumsel adalah normal, tidak lebih kering dan tidak lebih basah. Jika kemarau akan terjadi kekeringan dan karhutla, kalau musim hujan akan ada kemungkinan longsor, banjir, genangan, hingga puting beliung,” bebernya.

Meski begitu, dalam tiga tahun terakhir hotspot di Sumsel mengalami penurunan, seperti di tahun 2019 mencapai 1.308 titik yang mengakibatkan banyak karhutla, tahun 2020 menurun 1.121 titik. Sedangkan pada 2021 turun kembali di 396 titik.

“Meski masih terjadi hotspot, namun titik panasnya terus mengalami penurunan. Kita terus melakukan pengawasan, patroli dan sosialisasi ke masyarakat. Tujuannya untuk meminimalisir bencana karhutla, bahkan untuk tahun 2021 ini Sumsel telah menetapkan status siaga karhutla lebih awal,” ungkapnya.

Untuk mengantisipasi adanya potensi bencana alam lainnya dikarenakan oleh peralihan musim, Iriansyah mengatakan, telah mempersiapkan langkah-langkah lebih awal bersama stakeholder terkait.

“Ancaman banjir, longsor, dan puting beliung, berpotensi terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Kita juga sudah petakan daerah rawan banjir dan longsor yang umumnya terjadi di dataran tinggi dan sedang, seperti di Kabupaten Lahat, Empat Lawang, OKU Selatan, Musi Rawas, Muratara, PALI dan kota Pagar Alam,” katanya

“Sedangkan banjir hampir semua daerah dataran rendahan, mulai dari wilayah Ulu di Muratara, Mura, Muba, Banyuasin, OKU, OKU Timur, Pali, OI, dan Palembang,” tambahnya. (HR)

Editor: Hendra P