PALEMBANG – Kepala Unit Analisa Dan Prakiraan Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Sinta Andayani mengatakan, penyebab beberapa hari belakangan ini wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) termasuk kota Palembang terus diguyur hujan deras disertai angin kencang lantaran nilai indeks IOD negatif.
“Faktor penggerak cuaca yang saat ini berpengaruh di Sumsel diantaranya Nilai indeks IOD negatif,” katanya, Senin (16/8/2021).
Sinta menambahkan, berdasarkan kajian Klimatologi, pada bulan Agustus 2021 Sumsel telah memasuki musim kemarau.
“Potensi hujan ini diprakirakan akan berlangsung hingga sepekan ke depan,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, curah hujan masih bisa terjadi karena adanya faktor-faktor penggerak cuaca.
“Fenomena ini telah menambah pasokan uap air di udara sehingga menyebabkan pertumbuhan awan konvektif yang signifikan untuk menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat,” jelasnya
Lanjut dikatakan, faktor penggerak cuaca yang saat ini berpengaruh di Sumsel diantaranya Nilai indeks IOD negatif.
Hal tersebut menunjukkan adanya suplai uap air basah dari Samudera Hindia sebelah timur Afrika ke perairan Barat Sumatera. Sehingga pasokan uap air di wilayah Sumatera khususnya menjadi besar.
Selain itu, mulai aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang mulai aktif di wilayah Indonesia bagian barat, adanya sirkulasi angin tertutup di perairan Barat Sumatera dan konvergensi di wilayah timur Sumsel turut andil juga menambah pasokan uap air di wilayah Sumsel.
“Kondisi seperti ini dapat menimbulkan pertumbuhan awan-awan konvektif yang cukup signifikan menghasilkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat,” ucapnya.
Sinta mengimbau kepada masyarakat agar dapat beradaptasi dengan kondisi cuaca yang masih bisa fluktuasi seperti saat ini.
Seperti mewaspadai banjir dan genangan di wilayahnya, waspada angin kencang pada saat hujan.
Termasuk dengan menghindari tindakan pembakaran hutan sebab wilayah Sumsel masih dalam periode kemarau.
“Dimana potensi hujan juga bisa tidak merata di setiap wilayah dan juga jika faktor penggerak cuaca tersebut tidak aktif maka potensi karhutla masih bisa terjadi,” ungkapnya.