PALEMBANG – Sumatra Selatan tercatat masih mengalami deflasi pada Agustus 2021 sebesar 0,05 persen. Laju penurunan tersebut melanjutkan tren sejak Juni 2021.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan (Sumsel) Zulkipli mengatakan andil deflasi pada bulan Agustus tersebut dipengaruhi penurunan harga cabai merah dan cabai rawit.
“Ada pula penurunan harga kangkung, beras dan ikan gabus. Meski ada kenaikan harga daging ayam namun laju penurunan harga komoditas bahan makanan lainnya telah menekan inflasi Sumsel,” katanya, Rabu (1/9/2021).
Menurut Zulkipli, tren deflasi pada bulan Agustus telah terbentuk selama tiga tahun terakhir, terutama untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kondisi tersebut, kata dia, berlaku untuk dua kota penghitungan inflasi di Sumsel, yakni Palembang dan Lubuklinggau.
“Sehingga tidak aneh terjadi deflasi, karena memang data tiga tahun terakhir menunjukkan terjadi deflasi pada Agustus di kota-kota yang ada di Sumsel,” katanya.
Pergerakan deflasi tersebut telah membuat laju inflasi Sumsel secara tahun kalender tergolong landai. Zulkipli menambahkan penurunan harga cabai dan sayur lainnya itu juga berdampak pada nilai tukar petani (NTP) subsektor hortikultura, di mana NTP turun dari 88,15 pada Juli 2021 menjadi 87,41 pada bulan Agustus.
“Harga produk-produk hortikultura banyak yang turun sehingga NTP subsektor tersebut juga menurun,” katanya. Dia melanjutkan deflasi Sumsel turut disumbang oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Sementara 9 kelompok pengeluaran lainnya masih tercatat inflasi.