Herman Deru: Sumsel Tak Masuk 5 Besar Covid-19

Gubernur Sumsel Herman Deru saat diwawancarai usai Rapat Evalusai dan Perkembangan PPKM Level IV di Kantor Gubernur, Sabtu (7/8/2021).
Gubernur Sumsel Herman Deru saat diwawancarai usai Rapat Evalusai dan Perkembangan PPKM Level IV di Kantor Gubernur, Sabtu (7/8/2021).

PALEMBANG – Kasus Covid-19 di Indonesia terutama di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) masih fluktuatif. Update data Covid-19 per 6 Agustus 2021 ada penambahan kasus baru sebanyak 897.

“Hari ini kita mengevaluasi terkait masih fluktuatifnya kasus Covid-19, tapi Sumsel tidak masuk yang lima besar,” kata Gubernur Sumsel Herman Deru saat diwawancarai usai Rapat Evalusai dan Perkembangan PPKM Level IV di Kantor Gubernur, Sabtu (7/8/2021).

Lebih lanjut Herman Deru mengatakan, untuk yang masuk lima besar di antaranya Sumatera Barat, Sumatera Utara dan lain-lain.

Tapi ini belum pada keputusan PPKM, baru evaluasi.Mungkin besok atau Senin baru diumumkan tentang PPKM.

“Kondisi ini ada petunjuk juga dari presiden untuk meningkatkan testing. Kalau di Sumsel testing dan tracing itu sudah masif. Maka wajar kalau terjadi fluktuasi tersebut. Tapi kita tidak tergolong yang besar,” katanya.

Menurut Herman Deru, untuk mengurangi sebaran Covid-19 diperlukan pengendalian mobilitas. Bagaimana caranya supaya mobilitas itu dikendalikan agar mengurangi sebaran Covid-19.

“Mobilitas itu tidak hanya ditandai dengan penerapan ganjil genap, tapi bagaimana membatasi kerumunan. Aktivitas yang produktif silakan, tapi dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes),” ujarnya.

“Namun kalau aktivitasnya sia-sia tidak penting ya lebih baik nggak usa. Sebab salah satu penilaiannya itu disiplin dan komitmen pemerintah daerah masing-masing dalam hal penanggulangan Covid-19 ini,” ujar Herman Deru.

“Saya sehari kondangan di beberapa titik, sudah terlihat kedisiplinan dan kepatuhannya seperti memakai masker, menjaga jarak. Saya yakin untuk tempat resepsi pernikahan yang kapasitasnya terbatas bukan jadi klaster baru,” katanya.

Deru menambahkan, tadi juga disampaikan soal vaksin. Kalau vaksin ini tergantung suplai dari pusat. Sebab begitu dikirim habis.

“Capaian vaksinasi kita baru 15 persen untuk dosis pertama. Kita harapkan kalau mau mengejar herd immunity di awal tahun maka kita mintak 1,5 juta dosis per bulan atau 150 ribu vial,” katanya.