JAKARTA – Harga batu bara berhasil bangkit pada perdagangan awal pekan ini. Namun harga si batu hitam masih tertahan di bawah US$ 200/ton.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 195,3/ton. Melesat 2,25% dari posisi akhir pekan lalu
Kombinasi pasokan dan permintaan jadi pendongkrak harga batu bara. Dari sisi pasokan, ada hambatan seperti bencana alam di sejumlah daerah penghasil batu bara di China, curah hujan yang tinggi di Indonesia, kebakaran pelabuhan di Rusia dan Afrika Selatan, hingga kerusakan kapal pengangkut di Australia.
Sementara di sisi permintaan, ekonomi sudah kembali bergeliat setelah tempat ‘mati suri’ karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Mal, restoran, sekolah, perkantoran, rumah ibadah, dan sebagainya sudah membuka pintu bagi pengunjung.
Peningkatan aktivitas masyarakat berdampak terhadap penambahan kebutuhan listrik. Kebetulan saat ini harga gas alam juga sedang mahal, sehingga dunia usaha beralih ke sumber energi alternatif untuk pembangkit listrik. Salah satu pilihannya adalah batu bara.
Biaya pembangkitan listrik dengan batu bara juga lebih murah. DI Eropa, misalnya, harga pembangkitan listrik dengan gas alam pada 19 Oktober 2021 adalah EUR 85,23/MWh. Dengan batu bara lebih ekonomis yakni EUR 53,96/MWh. Jadi tidak heran permintaan baru bara melesat.
Faktor pasokan dan permintaan ini adalah kondisi sempurna bagi batu bara untuk mengalami lonjakan harga. Wajar kalau batu bara menjadi salah satu primadona di pasar tahun ini.