Banyak ‘Hantu’ Gentayangan, Begini Ramalan Rupiah Akhir Tahun

Foto: REUTERS
Foto: REUTERS

JAKARTA – Kurs rupiah diperkirakan akan tetap baik-baik saja meskipun sederet ancaman menghantui. Khususnya kemungkinan dilakukannya tapering (pengurangan pembelian aset) oleh Bank Sentral Amerika serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) di akhir tahun.

OCBC NISP dalam analisisnya yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (28/9/2021) memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di level 14.150 – 14.350 per dolar AS.

Eli Lee, Head of Investment Strategy, Bank of Singapore menyatakan The Fed hanya akan mengumumkan tapering pada November dan mulai mengurangi pembelian asetnya sebesar US$ 15 miliar pada Desember 2021.

Waktu yang bertahap untuk mengurangi quantitative easing akan menguntungkan aset berisiko karena The Fed masih akan mencetak uang hingga akhir 2022.

“Kami memperkirakan imbal hasil 10Y [tenor 10 tahun] akan tetap pada tingkat yang sangat rendah di bawah 2% selama 12 bulan ke depan jika Fed hanya mengurangi pelonggaran kuantitatifnya secara perlahan. Imbal hasil yang rendah akan terus mendukung aset berisiko,” jelasnya.

Data perekonomian AS patut dicermati bersifat sementara. Terutama kenaikan inflasi dan pemulihan sektor tenaga kerja. Sehingga tapering akan dilakukan secara bertahap.

Akibatnya, pelaku pasar menilai bahwa pengetatan kebijakan atau tarpenting tidak akan terjadi secara agresif yang dapat mengakibatkan tantrum atau kepanikan pada pasar.

Juky Mariska, Wealth Management Head, Bank OCBC NISP menambahkan ekonomi dalam negeri juga terus menunjukkan pemulihan. Diukur dari penurunan kasus positif covid-19 dan vaksinasi tingkat pertama yang sudah mencakup 30% populasi.

PMI Manufacturing Index, walaupun masih mengalami kontraksi di angka 43.7, namun angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan Juli yang hanya sebesar 40.1. Selain itu, inflasi bulan Agustus dilaporkan hanya sebesar 0.03% m-o-m namun meningkat secara tahunan di 1.59% jika dibandingkan bulan Juli yang sebesar 1.52%.

Bila tidak ada lonjakan kasus Covid lagi, diperkirakan pertumbuhan ekonomi 3,7% – 4,5% yang ditarget pemerintah bisa tercapai. Hal ini tentunya mampu meredam dampak negatif dari ketidakpastian global.

Dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 3,5% untuk menjaga stabilitas sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi. Cadangan devisa bulan Agustus meningkat drastis ke US$144.8 miliar.

“Hal ini akan memberikan dukungan pada stabilitas nilai tukar Rupiah. Dengan demikian, Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran 14.150 – 14.350 hingga akhir tahun,” ujar Juky.

Editor: Hendra P