HALOPOS.ID|JAKARTA – Amerika Serikat dan Rusia sama-sama mengirimkan pejabat tingkat tingginya ke Indonesia. Hal ini terjadi Senin (13/12/2021).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memulai tur Asia Tenggaranya dengan singgah di Jakarta kemarin. Ini berbarengan dengan kunjungan pejabat Rusia, Sekretaris Dewan Keamanan Nikolai Patrushev, rekan dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Keduanya-pun sama-sama dijamu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Setelah bertemu Blinken, Jokowi menjamu Patrushev.
Dalam keterangan Departemen Luar Negeri AS, Blinken menyampaikan dukungannya untuk kepemimpinan Indonesia di Indo-Pasifik. RI dilihat sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan pendukung kuat tatanan aturan internasional.
Hal sama juga ditekankan saat diskusi dilakukan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. RI sendiri menekankan keinginan agar AS meningkatkan investasi.
Sebelumnya dalam keterangan Asisten Menlu AS urusan Asia Timur dan Pasifik, kunjungan Blinken terkait fokus penguatan infrastruktur keamanan regional. Terutama dalam menghadapi apa yang ia sebat “intimidasi China di Laut China Selatan (LCS)”.
“Kami menentang tindakan apa pun oleh Republik Rakyat China atau aktor lain yang dirancang untuk mengacaukan kawasan,” kata Kritenbrink dikutip AFP.
China memang terlibat ketegangan dengan sejumlah negara ASEAN karena klaimnya melalui konsep “garis putus-putus” yang mencaplok hampir 90% wilayah LCS. Di antaranya Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei termasuk RI di Natura Utara.
Bukan hanya RI, Blinken akan menuju Malaysia dan Thailand. Ia juga disebut membahas khusus krisis Myanmar, yang terus memburuk pasca kudeta junta militer Februari 2021.
Topik pentingnya RI di Asia Pasifik juga dikatakan Rusia. Patrushev disebut menekankan komitmen Moskow untuk membahas arsitektur keamanan modern di kawasan Asia Pasifik.
“Patrushev akan melakukan konsultasi tentang keamanan masing-masing dengan Jakarta dan Phnom Penh,” ujar keterangan resmi Kedutaan Rusia di Jakarta.
Di sisi lain, hubungan AS dan Rusia kini mengalami ketegangan yang besar. Washington sedang mengancam Moskow untuk menerapkan sanksi tambahan akibat invasi dan aneksasi Rusia terhadap wilayah Krimea yang sebelumnya dimiliki Ukraina.
Selain itu, AS menuduh bahwa Rusia bermain dalam proses pemilunya pada November 2020 lalu. Kedua negara juga saling “usir” diplomat akibat ketegangan ini. (**)