HALOPOS.ID|PALEMBANG – Kontroversi kebijakan Pemerintah Kota Palembang merevitalisasi gedung Pasar 16 Ilir, dinilai menyengsarakan nasib pedagang kaki lima.
Pemerhati masalah perekonomian Dr Tarech Rasyid, mengatakan bahwa revitalisasi pasar hendaknya tidak menyengsarakan para pedagang kaki lima.
Sebab, kata Tarech, indikasi pedagang kaki lima itu merupakan strata kehidupan rakyat kecil yang hanya mencari nafkah sehari-hari.
“Karena itu, untuk mewujudkan program peningkatan gedung pasar harus dicari solusi yang tepat agar gedung bisa direvitalisasi, sementara rakyat kecil bisa berjualan seperti biasa,” ujar Tarech, saat diwawancarai media ini, Senin (3/7/2023).
Menurut dia, sebelum pembersihan dilakukan, program revitalisasi itu dikordinasikan terlebih dahulu dengan para pedagang.
“Namun ketika pedagang itu dibersihkan, harusnya diberi ruang yang potensial kepada mereka untuk berjualan,” ujarnya.
Artinya, kata Tarech, tempat berjualan itu nilai ekonomi sama dibanding tempat mereka semula, sehingga tidak ada kesan pemerintah melalukan tindakan yang sewenang-wenang.
Terkait soal itu, Tarech begitu prihatin menyaksikan nasib pedagang yang unjuk rasa dengan air mata bercucuran. “Seolah kebijakan pemerintah itu dinilai tidak manusiawi,” jelasnya.
Menurut Tarech, warga Kota Palembang sudah sejak dulu akrab dengan dunia usaha sebagai pedagang kaki lima. Karenanya, jika ada program pembangunan yang bersentuhan dengan nasib pedagang kecil, harusnya dikoordinasi secara detil terlebih dahulu, sehingga tidak memunculkan konflik sosial.
“Ini persoalan yang sangat prinsip. Karena bersentuhan dengan nasib rakyat kecil. Mereka itu (pedagang kaki lima), hanya ingin mencari makan sembari menyekolahkan anak-anaknya. Andaikan usaha mereka itu terganggu, bagaimana mereka membiayai pendidikan anaknya?” ujar Tarech menutup perbincangan. (*)