HALOPOS.ID – Harga batu bara akhirnya turun juga. Putus sudah rantai kenaikan harga si batu hitam yang sebelumnya terjadi lima hari beruntun.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 220/ton. Anjlok 2,11% dari posisi penutupan hari sebelumnya,
Sepertinya tarikan ambil untung (profit taking) begitu kuat menyeret harga batu bara ke zona merah. Maklum, harga komoditas ini sebelumnya naik lima hari beruntun. Dalam lima hari tersebut, harga melesat 16,75%.
Melihat untung yang sudah sebesar itu, wajar investor ngiler. Kontrak batu bara mengalami tekanan jual sehingga harganya turun.
Ke depan, prospek harga batu bara sepertinya masih cerah. Walau banyak tekanan untuk segera meninggalkan sumber energi fosil ini, tetapi batu bara tetap menjadi favorit terutama untuk pembangkit listrik.
Pemerintah China menyetujui pembangunan pembangkit listrik baru di Provinsi Zhejiang. Pembangkit yang dioperasikan oleh Zhejiang Energy Group ini akan memproduksi listrik hingga 2 gigawatt (GW).
Sebelumnya, Presiden China XI Jinping memang menyatakan Negeri Tirai Bambu bakal mulai mengurangi penggunaan batu bara. Namun itu baru akan terjadi pada 2025.
China diperkirakan masih bakal gencar membangun pembangkit listrik bertenaga batu bara, mumpung belum 2025. State Grid Corporation memperkirakan ada pembangunan pembangkit baru dengan total kapasitas 150 GW sepanjang 2021-2025. Dengan demikian, total produksi listrik dari pembangkit batu bara di China menjadi 1.230 GW.
Pembangunan pembangkit baru di China akan mendongkrak permintaan batu bara. So, ke depan permintaan masih akan tinggi sehingga mampu mengerek harga. (Red)
Editor – Herwan.