Ini Makanan yang Banyak Diburu saat Bulan Ramadhan

Ikan Pacik Kule merupakan masakan dengan bahan dasar ikan khas suku Alas
Ikan Pacik Kule merupakan masakan dengan bahan dasar ikan khas suku Alas

HALOPOS.ID|ACEH TENGGARA – Suku Alas merupakan salah satu kelompok etnis yang mendiami wilayah Kabupaten Aceh Tenggara ( Agara) .Ikan Pacik Kule merupakan masakan dengan bahan dasar ikan khas suku Alas

Secara geografis Aceh Tenggara berbatasan langsung dengan Kabupaten Gayo Lues dan juga Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Tanah Karo dengan nama lain Aceh Tenggara sering disebut Tanoh Alas atau Tanah Alas mempunyai motto daerah yaitu “Sepakat Segenep,”.

Jika membahas Agarae apalagi saat bulan Ramadan kurang rasanya jika tidak membahas makanan khasnya yang unik yakni

Ikan Pacik Lule, jenis ikan yang digunakan adalah ikan air tawar yang hidup di perairan Lawe Alas (sungai alas), tetapi tidak harus yang hidup di perairan Lawe Alas, bisa juga menggunakan tawar ikan air tawar, seperti ikan emas dan ikan mujahir.

Cara memasaknya mudah, yaitu ikan yang dikukus terlebih dahulu. Setelah selesai dikukus, bumbu ditambahkan.
Setelah itu ikan yang sudah dibumbui dibalut dengan daun dan daun kunyit, kemudian dimasak dengan labu santan setelah disusun dalam kuali.

Bumbu yang digunakan antara lain cabai merah, cabai rawit, bawang putih, kemiri, serai, lengkuas, kunyit, santan, dan garam.

Rasanya yang gurih dan sedikit pedas ditambah dengan bumbu yang cukup beragam dan dikenal dengan rasanya yang pedas.

Ikan Pacik Kule juga menjadi salah satu kuliner atau makanan khas Kutacane yang paling sering diburu saat bulan Ramadan, selain ikan Pacik Kule, ada Bakut (Lele) penget biasanya bakut penget sering dibuat dengan sope (Pakis) cocok menu saat sahur.

Satumin salah satu masyarakat Aceh Tenggara kepada HALOPOS.ID, Rabu 5 Maret 2025, di sebuah masjid sambil rebahan, usai Sholat Duhur, ia menuturkan dahulu, masyarakat Aceh Tenggara atau suku Alas yang tinggal di daerah Kutacane pernah mengalami musim kemarau yang panjang.

Sehingga ikan-ikan yang hidup di sawah maupun sungai banyak sekali matian begitu saja karena musim kemarau panjang yang melanda.

Kemudian, salah satu masyarakat memacakkulekan ikan tersebut. Orang zaman dahulu sering berbagi makanan kepada tetangga jika makanan yang mereka masak banyak.

Awal mula dari situlah masakan pacik kule menyebar luas sehingga masyarakat Kutacane, khususnya para ibu rumah tangga pada zaman dahulu tidak khawatir lagi jika ikan-ikan pelihara mereka mati.

“Naman, masak ikan Pacik Kule harus penuh kesabaran, karena memakan waktu sekitar 2 jam dan apinya agak kecil biar tidak hangus,” ujarnya. (*)

Penulis: YusufEditor: Herwanto