HALOPOS.ID – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian omicron yang sangat bermutasi dari Covid-19 dapat mengubah arah pandemi.
Meski begitu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dampak pastinya masih belum diketahui. Para ilmuwan di seluruh dunia kini tengah berusaha keras untuk menentukan seberapa menular dan mematikan virus yang bermutasi itu.
“Fitur tertentu dari omicron, termasuk penyebaran global dan sejumlah besar mutasi, menunjukkan bahwa itu bisa berdampak besar pada perjalanan pandemi,” kata Tedros, dikutip dari CNBC International.
Setidaknya menurut WHO, perubahan genetik pada virus mempengaruhi virulensinya dan menunjukkan bahwa virus itu bisa jauh lebih menular daripada jenis sebelumnya.
Lalu seperti apa omicron di mata WHO, berikut penjelasannya.
Terlalu Dini untuk Menarik Kesimpulan
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, mengatakan bukti awal dari Afrika Selatan mungkin menunjukkan bahwa omicron lebih ringan daripada strain Delta. Namun dia merasa terlalu dini untuk menyimpulkan fakta itu. Pasien di negara dengan perjalanan penyakit yang lebih ringan mungkin belum sepenuhnya terinfeksi.
“Terlalu dini untuk mengatakannya,” kata Van Kerkhove selama pengarahan. “Saya hanya ingin berhati-hati terhadap kesimpulan apa pun tentang tingkat keparahan omicron.”
Namun, dia mencatat bahwa pasien rentan yang lebih tua, tidak divaksinasi atau memiliki kondisi kesehatan lain memiliki risiko yang jauh lebih tinggi terkena penyakit parah.
Pernyataan WHO itu muncul ketika varian omicron, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika selatan, telah ditemukan di 57 negara di seluruh dunia.
Kasus-kasus baru meningkat di seluruh dunia selama seminggu terakhir. Ada lebih dari 4 juta kasus baru yang dikonfirmasi dilaporkan di seluruh dunia. Kematian di seluruh dunia juga meningkat 10% selama minggu lalu. Setidaknya lebih dari 52.500 kematian baru dilaporkan.
Dampak Pada Vaksin
Para ilmuwan Afrika Selatan juga sudah merilis studi pendahuluan kecil tentang efek omicron pada efektivitas vaksin. Ditemukan bahwa varian tersebut secara signifikan mengurangi perlindungan antibodi yang dihasilkan oleh vaksin Pfizer dan BioNTech.
Namun, para ilmuwan mencatat orang-orang yang pulih dari virus dan menerima suntikan booster kemungkinan akan memiliki lebih banyak perlindungan dari penyakit parah.
Kepala ilmuwan WHO Dr. Soumya Swaminathan mengatakan pada briefing bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan “aktivitas penetralan yang akan menghasilkan pengurangan signifikan dalam kemanjuran vaksin.
“Kami tidak tahu itu karena seperti yang Anda tahu, sistem kekebalan jauh lebih kompleks,” kata Swaminathan. “Ada sel T, ada sel B memori, jadi yang benar-benar kita butuhkan sekarang adalah upaya penelitian yang terkoordinasi dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, belajar demi penelitian.”
Tersebar di Eropa
Varian omicron telah ditemukan di 21 negara di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa. Pusat Pencegahan Penyakit Eropa memperkirakan bahwa varian tersebut dapat menjadi strain dominan di Eropa antara Januari dan Maret 2022, tergantung pada seberapa cepat penyebarannya jika dibandingkan dengan delta.
Pemodelan matematika oleh badan tersebut memberi contoh jika 1% dari kasus Covid di Eropa saat ini disebabkan oleh varian baru, dan menyebar lebih dari dua kali lebih cepat dari delta di UE seperti di Afrika Selatan. Ini berpotensi menjadi dominan di sana pada 1 Januari dengan lebih dari 50% dari semua infeksi baru.
Namun jika menyebar 30% lebih cepat dari delta, maka akan memakan waktu hingga 1 Maret sebelum menyalip varian lain di Eropa.
“Semakin besar keuntungan pertumbuhan Omicron dibandingkan Delta (varian yang menjadi perhatian) dan semakin besar sirkulasinya di UE/EEA, semakin pendek waktu yang diharapkan hingga Omicron VOC menyebabkan sebagian besar dari semua infeksi SARS-CoV-2,” kata European Center untuk Pencegahan Penyakit mengatakan dalam sebuah pernyataan. (**)