News  

WHO Ingatkan Alarm Kematian Corona di Eropa, Begini Seramnya

HALOPOS.ID – Lonjakan infeksi Covid-19 di Eropa telah menjadi perhatian serius Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Kali ini, badan yang berpusat di Swiss itu mengatakan bahwa 500 ribu nyawa di Benua Biru akan terancam akibat Covid bila negara-negara di benua itu tidak mengambil langkah pengetatan serius.

Direktur WHO Eropa, Dr Hans Kluge, mengatakan ia sangat khawatir tentang gelombang infeksi baru yang telah menyebar ke seluruh benua dan membuat negara-negara mengumumkan pembatasan baru.

“Covid-19 sekali lagi menjadi penyebab kematian nomor satu di wilayah kami,” katanya kepada BBC. “Kami tahu apa yang perlu dilakukan untuk melawan penyakit ini.”

Pekan lalu, Eropa mencatatkan hampir 2 juta infeksi. Angka ini juga didampingi oleh 27 ribu kematian tambahan.

Kenaikan ini telah membuat beberapa negara menerapkan langkah-langkah penguncian terbaru. Austria akan melakukan penguncian penuh mulai Senin mendatang dan kebijakan ini juga akan diikuti oleh Republik Ceko dan Slovakia.

Di Jerman, Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan situasi di negara itu adalah “darurat nasional” dan tidak akan mengesampingkan penguncian nasional lainnya. Saat ini, pihaknya telah menutup pasar natal di wilayah Bavaria.

Meski begitu, penolakan terhadap langkah penguncian ketat kembali. Di Belanda, kerusuhan besar mulai pecah pada Sabtu, (20/11/2021). Ini merupakan demo hari kedua yang terjadi berjamaah di sejumlah kota, menentang pembatasan sosial di tengah kenaikan kasus di negeri itu.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa lonjakan Eropa ini terjadi akibat pembukaan total yang sebelumnya diterapkan sementara angka vaksinasi belum mencapai target.

“Ini adalah pengingat lain, seperti yang telah kami katakan berulang kali, bahwa vaksin tidak menggantikan kebutuhan akan tindakan pencegahan lainnya”, kata Tedros, dikutip Rabu (17/11/2021).

“Vaksin mengurangi risiko rawat inap, penyakit parah, dan kematian, tetapi tidak sepenuhnya mencegah penularan”.

Editor: Hendra P