Budaya  

TACBN Apresiasi Penemuan Prasasti Pendirian Kantor Walikota Palembang

Sarankan Penguatan Identitas Budaya Palembang

TACBN Apresiasi Penemuan Prasasti Pendirian Kantor Walikota Palembang. (Foto: TACBN)
TACBN Apresiasi Penemuan Prasasti Pendirian Kantor Walikota Palembang. (Foto: TACBN)

HALOPOS.ID|PALEMBANG – Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN), Semiarto Aji Purwanto datang ke Palembang guna menghadiri undangan dari Pj. Walikota Palembang Cheka Virgowansyah, Jumat (7/2) terkait pentingnya pengembangan identitas budaya kota Palembang, dengan menyoroti penemuan prasasti-prasasti di Gedung Walikota Palembang sebagai warisan budaya yang bisa dijadikan model bagi kota-kota lain di Indonesia.

“Ini memenuhi undangan pak Pj Walikota Palembang, Pj walikota adalah lulusan fisip UI, dua minggu , tiga minggu lalu beliau main ke kampus, karema Indra itu kawan kosnya kebetulan pegawai saya lalu dikenalin lalu kita ngobrol lalu saya sampaikan kalau saya backgroudnya antropologi,”katanya.

Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI) ini, dia melihat prasasti adalah budaya materinya, material culture, salah satu yang yang didorong , dikembangkan, sebagai model ditempat-tempat lain, di kota-kota lain dan Palembang menurutnya sudah punya modal .

“Kantor Walikota sendiri , prasastinya-prasastinya lengkap yang bisa menggambarkan bagaimana identitas kota Palembang itu terbentuk, selama ini kita cuma bisa bilang ke orang-orang , “ Wong Kito Galo” tapi “Wong Kito Galo” itu apa sebenarnya , apa cirinya, kalau zaman dulu Ampera berani tapi nilai budaya apa, value apa,”katanya.

Karena dia itu menawarkan gagasan-gagasan dalam konteks untuk bisa dipertimbangkan untuk di rumuskan sebagai program bagaimana mengidentifikasi dan mengembangkan identitas budaya kota Palembang .

“ Misalnya kita lihat contoh-contoh di Jawa, kota Yogyakarta itu 30 , 40 tahun yang lalu orang mengenal Yogya itu Jawa tetapi sekarang bahkan orang Jawa di Yogya tidak merasa Yogya itu kota Jawa, karena sekitar Yogya itu kampus puluhan , ratusan barang kali datang dari berbagai macam tempat, berbahasa Indonesia , jangan-jangan dialeg Jakarta banyak sekali, orang-orang Yogya kalau pakai bahasa profer di Yogya enggak ada patnernya lagi, jadi identitas sebagai kota Jawa di Yogya itu hilang,”katanya.

Melihat gedung Walikota Palembang yang merupakan peninggalan kolonial Belanda menurutnya kalau di katakan unik menurutnya tidak terlalu unik karena bangunan –bangunan kolonial itu punya ciri tertentu diambil zaman barok, ada renasance sedangkan di Indonesia bangunan kolonial yang khas adalah bangunan indies karena Indonesia iklim tropis dan banyak hujan.

“ Jadi kalau dalam konteks ciri bangunan kolonialnya ini khas bangunan kolonial tapi bukan berarti khas Cuma dijumpai disini dibanyak tempat ada nah apa yang tidak terlalu banyak dijumpai , ini fungsinya sebagai kantor air, ledeng nah ini saya rasa tidak terlalu banyak di Jakarta, di kota-kota besar yang khusus pengelolaan air , tidak terlalu banyak di Bandung ada leideng juga tapi dengan yang besaran yang berbeda ,”katanya.

Soal apakah Gedung Walikota ini kedepan dijadikan museum atau tetap sebagai kantor Walikota Palembang, dia melihat ada dua pendekatan, untuk gedung-gedung kuno untuk masyarakat , misalnya masyarakat adat tertentu dan pendekatan untuk konservasi.

“ Yang pertama benar-benar di sterilkan , itu memang menjadi cagar budaya aja, tapi kedua yang bisa dikembangkan istilahnya cohemitation jadi dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari tapi dengan fungsi yang berbeda dan tetap membiarkan kegiatan lain disekitar tetap ada, ini gagasannya adalah anti penggusuran tapi pada saat yang sama memberikan edukasi pada masyarakat , yang ini istimewa lho, jangan diganggu dan ini bisa tetap di pakai dengan catatan hati-hati sekali untuk di renovasi, setiap kali renovasi didampingi Tim Ahli Cagar Budaya (TACB),”katanya.

Dia ingin melihat kedepan Palembang sebagai kota memiliki identitas budaya yang khas, apakah itu terkait dengan etnik tertentu, atau kebanggaan Sriwijaya atau kebanggan Kesultanan Palembang Darussalam atau kebanggaan atas Musi (air) atau kebanggaan terhadap peradaban yang cukup panjang.

“ Saya sudah sampaikan ke pak Kadis Kebudayaan dan Pak PJ Walikota untuk di bicarakan secara terbuka saja agenda kedepan, mungkin satu tahun ini pak Walikota baru ini nanti mau merumuskan kayak apa strategi kebudayaan kota Palembang, dan kita siap mendampingi dan saya juga sampaikan juga kalau kita mau bicarakan identitas kota , sering kali identitasnya tidak tunggal bisa macam-macam,”katanya.

Pj Walikota Palembang Dr. Cheka Virgowansyah menambahkan, kedatangan anggota TACBN ini ke Palembang tidak lain untuk mengapresiasi atas penemuan prasasti pendirian kantor Walikota Palembang zaman Kolonial Belanda.

“ Kemudian berdiskusi dengan para tim ahli cagar budaya kota untuk menyiapkan program-program kedepan yang bisa dilakukan secara kolaborasi antara TACBN dan TACB Palembang, siapapun walikotanya kedepan dan harapannya seperti itu , jadi programnya tetap jalan dan kita masih bisa dua hal, yaitu menyelamatkan cagar budaya, artefak yang bisa ditemukan dan kedua kita bisa mencari potensi-potensi cagar-cagar budaya maupun artefak lainnya,”katanya. (AN)