Sumsel Waspada Penyakit Kencing Tikus

Ilustrasi
Ilustrasi

HALOPOS.ID|PALEMBANG – Pemprov Sumsel melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mengeluarkan Surat Edaran (SE) Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap penyakit Leptospirosis atau kerap disebut penyakit kencing tikus. Hal itu menyusul tewasnya seorang warga Palembang yang meninggal dunia akibat terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang berasal dari urine tikus tersebut. 

Kepala Dinkes Sumsel, Trisnawarman mengatakan, hasil rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Mohammad Hoesin Palembang, terdapat dua kasus Leptospirosis. Salah satu kasus yang terdeteksi pada Januari 2024 telah menyebabkan satu korban meninggal dunia. Sementara satu kasus lagi ditemukan pada bulan April 2024, tetapi pasiennya berhasil disembuhkan.

“Kami meminta Dinkes kabupaten dan kota untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap KLB Leptospirosis dan melakukan berbagai langkah pencegahan. Berdasarkan laporan rekam medis, sejauh ini baru ada dua kasus, dengan satu di antaranya berujung kematian. Semua kasus terjadi di Kota Palembang,” ujar Trisnawarman.

Kasus pertama yang mengakibatkan kematian terjadi pada Januari 2024. Sementara itu, kasus kedua terdeteksi pada April 2024. Meskipun kasus kedua ini tidak memakan korban jiwa, Dinkes Sumsel menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan, terutama menjelang musim hujan dan fenomena La Nina yang diperkirakan terjadi akhir tahun ini.

“Iya, kasus kematian memang sudah terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada Januari. Hingga saat ini, belum ada laporan kasus baru. Namun, kami tetap harus siaga karena potensi penularan masih ada, terutama di musim hujan yang akan datang,” jelasnya.

Dalam Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Dinkes Sumsel, kabupaten dan kota diinstruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperketat langkah-langkah pencegahan. Hingga saat ini, belum ada laporan kasus Leptospirosis dari daerah lain di Sumatera Selatan selain Palembang. Namun, Trisnawarman menegaskan bahwa semua daerah harus melakukan kesiapsiagaan, terutama di wilayah yang berisiko tinggi mengalami KLB Leptospirosis.

“Kami meminta seluruh daerah untuk lebih siaga, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki potensi besar terjadi KLB Leptospirosis. Daerah yang berisiko adalah daerah yang sering banjir, lahan persawahan, permukiman kumuh, serta wilayah dengan kepadatan tikus yang tinggi,” ungkapnya.

Dinkes Sumsel juga menginstruksikan agar sistem kewaspadaan dini (SKD) diaktifkan melalui surveilans Leptospirosis pada manusia, serta melakukan deteksi dini kasus di daerah yang memiliki faktor risiko tinggi. Kesiapsiagaan harus ditingkatkan seiring dengan datangnya musim hujan dan meningkatnya potensi penularan Leptospirosis.

“Selain langkah surveilans dan deteksi dini, kami juga menekankan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Langkah-langkah sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas, membersihkan lingkungan, dan menghindari genangan air yang kemungkinan terkontaminasi oleh urine tikus dapat sangat membantu mencegah penyebaran penyakit ini,” jelas Trisnawarman.

Dinkes Sumsel juga mengimbau masyarakat untuk menyimpan makanan dan minuman dengan baik, agar tidak terkontaminasi oleh tikus. Selain itu, membersihkan dan memberantas tikus di lingkungan rumah dan tempat umum seperti pasar, terminal, dan tempat rekreasi juga menjadi langkah penting dalam pencegahan. Semua upaya ini harus tetap dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.

“Kami menganjurkan masyarakat untuk menggunakan alas kaki atau sepatu boots saat beraktivitas di area yang berpotensi tercemar, seperti di sawah, tanah berlumpur, atau genangan air yang mungkin terpapar urine tikus. Selain itu, pengelolaan sampah yang baik juga sangat penting, dengan memastikan tempat sampah tertutup rapat sehingga tidak menjadi sarang tikus,” tambahnya.

Kenali Gejala Leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis akut yang memiliki spektrum penyakit yang luas, mulai dari gejala ringan hingga menyebabkan kematian. Faktor utama penyebaran penyakit ini adalah hewan pengerat, khususnya tikus (Rodentia). Bakteri Leptospira dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka, kulit yang terpapar air atau tanah yang terkontaminasi, atau melalui selaput lendir mata, hidung, dan mulut.

Leptospirosis biasanya muncul saat musim hujan, terutama di wilayah yang sering mengalami genangan air atau banjir. Penyebaran penyakit ini meningkat seiring dengan curah hujan yang tinggi karena tikus yang terinfeksi bakteri Leptospira lebih aktif berkeliaran dan meninggalkan urine di area terbuka yang sering terpapar air atau lumpur.

Gejala leptospirosis dapat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang sering dialami adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, dan mata merah. Pada kasus yang lebih parah, leptospirosis dapat menyebabkan penyakit kuning (ikterus), gagal ginjal, atau bahkan meningitis. Karena gejalanya sering mirip dengan penyakit lain seperti flu, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi leptospirosis. (MRS)