JAKARTA – Kebutuhan Pupuk di Indonesia tidak diimbangi dengan produksi pupuk dalam negeri, akibatnya terjadi defisit produksi pupuk. Memenuhi kebutuhan Petani, dibutuhkan 24 juta ton pupuk sedangkan kemampuan Republik Indonesia hanya 13 juta ton.
“Selama ini pupuk menjadi persoalan Bapak, bukan persoalan distribusi, memang kita kekurangan. Industri pupuk kita hanya mampu produksi 13 juta (ton), sementara kita butuh 24 juta (ton),” jelasnya, Senin (13/9/2021).
Syahrul menyatakan ia sengaja menyampaikan persoalan pupuk kepada Ma’ruf agar mendapat dukungan dan penguatan sisi produksi pupuk.
“Tidak ada tumbuhan tanpa pupuk tapi kita hanya bisa menghasilkan 40 persen Bapak. Sementara negara kita besar sekali dan membutuhkan upaya itu untuk bisa meningkatkan produktivitas,” kata dia.
Hadir dalam kesempatan sama, Ma’ruf memberi catatan bahwa para petani RI masih jauh dari sejahtera, meski sektor pertanian mampu menjadi tulang punggung selama pandemi covid-19.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, berdasarkan sumber penghasilan utama, jumlah rumah tangga tergolong miskin di Indonesia sebagian besar berasal dari sektor pertanian, yaitu 46,3 persen.
“Dengan demikian, peningkatan kesejahteraan petani masih menjadi PR (pekerjaan rumah) pemerintah yang harus diselesaikan,” kata Ma’ruf.
Ia menilai inovasi dan terobosan melalui reformasi pertanian, intensifikasi produksi, dan peningkatan akses pasar menjadi upaya nyata yang harus dilaksanakan di lapangan secara konsisten untuk mewujudkan kesejahteraan petani.