Pedagang Sulit Dapat Minyak Goreng Dari Agen

Sekretaris Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sumsel Irwansyah membenarkan bahwa pedagang kesulitan mendapat minyak dari agen
Sekretaris Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sumsel Irwansyah membenarkan bahwa pedagang kesulitan mendapat minyak dari agen

HALOPOS.ID|PALEMBANG – Pemerintah saat ini serius menurunkan harga minyak goreng di pasaran di kisaran Rp11.500 per kilogram (kg) mulai 1 Februari mendatang. Meski demikian, sejumlah pedagang masih mengeluh lantaran merugi sejak operasi pasar diberlakukan pertengahan Januari lalu.

Amar, salah satu pedagang di Palembang mengaku kini menjual minyak goreng dengan “harga modal,” yaitu Rp19.000 per liter. “Kalau ikuti anjuran pemerintah kita merugi, karena kita sudah membeli persediaan dengan harga modal (segitu),” kata di Pasar Palimo, Sabtu (29/1/2022).

Yanti (41) ibu rumah tangga di Palembang terpaksa membeli minyak goreng dengan harga tinggi. Menurutnya untuk membeli di ritel modern yang menggunakan harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah sulit didapat karena harus berpacu kecepatan membeli dengan warga lainnya.

“Mau gak mau tetap harus beli di pasar, harganya masih tinggi. Cuma karena kebutuhan harus tetap dibeli,” ujar dia.

Kondisi ini memaksa Yanti harus berhemat. Saat ke pasar, dia minimal membeli satu liter minyak goreng untuk kebutuhan harian. Untuk menekan budget, dia kerap menggunakan minyak bekas beberapa kali sebelum dibuang.

“Saya sebagai pembeli sangat berharap ada kebijakan pemerintah dalam menurunkan harga. Setidaknya beli sedikit dulu sampai ada perubahan harga yang pasti,” beber dia.

Sementara, Sekretaris Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sumsel Irwansyah membenarkan bahwa pedagang kesulitan mendapat minyak dari agen. Untuk itu, kebanyakan pedagang hanya mengandalkan persediaan lama yang sudah dibeli untuk dijual kembali.

“Yang pasti, sekarang sebagian pedagang sudah sulit mendapat minyak goreng dari agen. Pedagang hanya mengandalkan stok yang ada,” jelas dia.

Untuk mendapatkan minyak goreng sesuai harga anjuran pemerintah di pasar ritel modern, tak menjamin stok selalu tersedia. Besarnya kebutuhan masyarakat membuat minyak goreng cepat habis di pasaran.

“Kita belum tahu kenapa minyak goreng sekarang sulit didapat di agen oleh pedagang. Kita coba koordinasikan dengan Dinas Perdagangan,” beber dia.

Kepala Dinas Perdagangan, Ahmad Rizali mengatakan, kendala distribusi minyak goreng dari agen yang terjadi saat ini karena masih berkoordinasi soal proses pembayaran subsidi dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Hal ini menyebabkan banyak pedagang di pasar tradisional memberlakukan harga lama, bukan Rp14.000 per liter.

“Ya karena memang belum efektif dan masih stok lama yang dijual. Stok baru juga belum masuk, kita tunggu rilis dari Kementerian Perdagangan,” beber dia.

Menurutnya, pedagang turut menjerit dengan harga minyak goreng yang melambung tinggi. Hal inilah yang menyebabkan pedagang memilih menjual stok lama sebelum penerapan harga baru dari pemerintah.

“Salah satu yang jadi kendala, serapannya belum baik karena di pasar tradisional masih berlakukan harga lama, bukan Rp14.000 per liter,” kata Ahmad. (ZR)

Editor : Herwan.