SUMSEL  

Pedagang Daging di Palembang Keluhkan Isu Wabah PMK

Pedagang daging di Palembang mengeluh penjualan menurun.
Pedagang daging di Palembang mengeluh penjualan menurun.
  • HALOPOS.ID|PALEMBANG – Sejumlah pedagang daging di Pasar Tradisional Palembang, Sumatera Selatan mengeluhkan isu wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak karena berefek mengakibatkan sepinya pembeli. Warga memilih daging beku dengan alasan lebih higienis dan lebih murah.

“Sepertinya masih simpang siur informasi terkait wabah penyakit PMK ini telah menyebabkan pelanggan kami berkurang,” kata Pedagang daging sapi di Pasar KM5 Palembang, Acong, Minggu (22/5/2022).

Ia mengaku, kondisi sepinya pembeli itu telah berlangsung sejak dua pekan terakhir, sehingga sebanyak 250 kilogram daging sapi miliknya terancam rusak karena tidak laku terjual. Pelanggannya banyak yang beralih membeli daging beku atas alasan higienis dan harganya tergolong lebih murah Rp68.000 per kilogram dibandingkan daging segar Rp150.000 per kilogram.

“Pembeli kami saat ini hanya langganan itupun pedagang bakso atau rumah makan kalau masyarakat tidak ada lagi,” katanya.

Marisa pedagang lainnya mengatakan, walau pun benar kondisi ini terjadi akibat adanya penyakit mulut dan kuku (PMK), maka pemerintah diharapkan segera turun kelapangan mensosialisasikannya kepada masyarakat. “Karena belum ada sosialisasi itu bahaya atau tidak dan bagaimana cara mengatasinya, jadi bisa saja masyarakat ragu membeli ke pasar,” katanya.

Di sisi lain, lanjutnya, lonjakan harga jual daging sapi itu juga dipengaruhi masih tingginya harga beli dari rumah potong hewan yakni sekitar 30 persen dari harga sebelumnya. “Rumah potong sebut stok sapi dari Lampung berkurang beberapa pekan ini, itu mungkin saja akibat adanya isu wabah PMK ini yang sudah banyak ditemukan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Laboratorium Veteriner Lampung untuk wilayah kerja Sumatera Bagian Selatan Hasan Sanyata mengatakan, berdasarkan kajian medis kedokteran wabah PMK pada ternak itu tidak menular ke manusia secara langsung sehingga masyarakat diimbau tidak perlu khawatir.

Sedangkan bila untuk dikonsumsi ia menyarankan, masyarakat lebih menjaga higienitas dengan mencuci bersih, merebusnya hingga matang terlebih dahulu. Selanjutnya, akan lebih baik hindari bagian tubuh seperti lidah, mulut, bibir, kaki bagian bawah yang pusat paparan pada sapi.

“Pemerintah daerah setempat pasti sudah menjamin sapi yang dijual di pasaran sebelum dikonsumsi itu sehat, prinsipnya secara umum sebelum dikonsumsi masaklah hingga benar-benar matang,” katanya. (AP)

Editor : Herwan.