HALOPOS.ID, INDONESIA – Harga minyak mentah global ambruk dalam sepekan terakhir. Menutup perdagangan minggu ini, harga kontrak minyak berjangka Brent berada di level US$ 82,74/barel, sedangkan harga kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) menyentuh level US$ 81,27/barel. Di awal bulan November, harga minyak ambles lebih dari 2%.
Pemicu kenaikan harga minyak di penghujung minggu ini masih sama seperti sebelumnya yaitu kecemasan pasar akan gap antara supply dengan demand.
Kondisi pandemi Covid-19 yang terus membaik dibarengi dengan peningkatan aktivitas ekonomi menyebabkan permintaan terdongkrak. Namun dari sisi pasokan, stok menipis dan produksi masih sulit untuk digenjot.
Alasan produksi yang belum bisa mengimbangi kenaikan permintaan lebih karena aspek politis. Presiden AS Joe Biden sudah meminta para produsen, terutama OPEC+, untuk meningkatkan produksi. Hanya saja, para kartel masih enggan melakukannya.
Organisasi negara eksportir yang di dalamnya ada Arab Saudi dan Rusia tersebut tetap memegang teguh komitmennya untuk menaikkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari (bph) pada Desember akhir tahun ini.
Minyak merupakan input dari berbagai aktivitas perekonomian. Kenaikan harga minyak berimbas pada kenaikan harga barang dan jasa atau dikenal sebagai inflasi.
Seperti diketahui bersama, negara maju seperti AS dan Eropa yang sebelumnya mengalami masalah kronis berupa inflasi rendah, kini justru menghadapi masalah sebaliknya. Inflasi terus meningkat dan konsisten berada di atas 2% target bank sentral.
Guna menjaga agar harga energi tetap terjangkau, bahkan AS mengatakan bakal melakukan segala cara, termasuk mengambil cadangan minyak strategisnya (Strategic Oil Reserves).
Namun, analis melihat upaya tersebut hanya akan berdampak sementara terhadap penurunan harga minyak.
“Pasar tahu bahwa penggunaan cadangan minyak strategis hanya akan berpengaruh secara temporer untuk penurunan harga dan bukan merupakan solusi atas permasalahan tidak seimbangnya permintaan dan pasokan” kata Bjornar Tonhaugen Kepala Riset Pasar Minyak Rystad Energy.
Di sisi lain, faktor musim justru akan mendorong harga minyak lebih tinggi. Musim dingin yang datang akhir tahun diproyeksikan bakal mendorong permintaan minyak lebih tinggi karena kebutuhan untuk penghangat ruangan meningkat.