HALOPOS.ID|JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan alasan kenapa pemerintah belum juga membeli minyak mentah yang diobral oleh Rusia.
Selain sulit direalisasikan, RI juga harus bersaing ketat dengan beberapa negara untuk mendapatkan minyak murah asal negeri beruang merah itu.
Menteri Arifin mengatakan beberapa negara di dunia yang saat ini juga tengah mengincar minyak mentah Rusia. Situasi tersebut tentunya berdampak pada ketersediaan pasokan.
“Sekarang yang mau ngambil minyak murah juga banyak kan? Masalahnya ada gak pasokannya sekarang? Sekarang Rusia ada minyaknya, banyak gak yang mengambil minyak Rusia? Banyak kan? Terus pedagang ambil gak?,” ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Sabtu (17/9/2022).
Seperti diketahui, wacana pemerintah melakukan impor minyak mentah dari Rusia kembali ramai diperbincangkan setelah Presiden Joko Widodo menginginkan hal itu terealisasi. Namun demikian, untuk merealisasikan wacana tersebut tidaklah mudah.
“Belum ada yang ke beli (lewat Pertamina) karena barangnya belum ada. Kalau ada minyak murah dari mana aja ya beli dong,” tandas Menteri Arifin.
Direktur Utama Pertamina Periode 2006-2009, Ari Soemarno sebelumnya mengatakan dari segi politis, wacana impor minyak mentah asal Rusia sebenarnya bisa saja dilakukan. Mengingat, negara G7 beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis tidak menghalangi negara lain untuk pembelian minyak dan gas ke Rusia.
“Kita lihat saja contohnya jepang. Jepang masih impor LNG dengan jumlah yang besar dari Rusia yang sampai sekarang gak pernah ada hambatan. India juga sudah impor dari Rusia sejak lama. Jadi kendala politis itu gak ada,” ujar Ari dalam Squawk Box, (Selasa, 13/09/2022).
Meski tidak ada kendala dari segi politis, namun menurut Ari bahwa kendala justru terdapat di bagian teknis implementasi impor minyak dari Rusia itu sendiri. Pasalnya, negeri beruang merah itu saat ini kena sanksi sehingga berdampak pada teknik komersial finansial dan logistik. “G7 sendiri menyatakan tidak akan menghalangi untuk negara lain membeli dari Rusia. Tetapi memang masalahnya di teknis,” katanya.
Belum lagi persoalan pembayaran yang dilakukan Indonesia atas pembelian minyak asal Rusia. Indonesia tidak bisa melakukan pembayaran sebagaimana perdagangan biasa dalam bentuk dollar maupun euro.
“Saya lihat memang kendala teknis murni untuk implementasinya dari aspek komersial finansial dan logistiknya karena tadi udah gak bisa bayar pakai euro pakai dolar ya rusia mintanya dalam Rubel. Nah Rubel kita bisa cari dari mana,” kata dia. (**)
Editor : Herwan