ISRI Menolak Wacana Sistem Shuttle Bus, Tambah Macet Kota Yogyakarta

Tampilan baru shuttle wisata Jeron Beteng Keraton Yogyakarta, Si Thole (Humas Pemkot Yogyakarta)
Tampilan baru shuttle wisata Jeron Beteng Keraton Yogyakarta, Si Thole (Humas Pemkot Yogyakarta)

HALOPOS.ID|YOGYAKARTA – Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia ISRI Kota Yogyakarta, Antonius Fokki Ardiyanto, menyampaikan pandangannya terkait wacana yang disampaikan Ketua Komisi C DPRD Kota Yogyakarta dari Fraksi Golkar Bambang Seno Baskoro di beberapa media, yang bertujuan untuk mengurai kemacetan di Kota Yogyakarta, dengan menggunakan sistem Shuttle bus. Diketahui, bus-bus pariwisata besar berhenti di terminal Giwangan dan masuk kota dengan kendaraan kendaraan kecil.

“Sistem Shuttle bus dengan kendaraan-kendaraan kecil malah menimbulkan kemacetan yang lebih parah disaat liburan, karena jumlah kendaraan Shuttle semakin banyak dan pertanyaan lanjutannya adalah kendaraan shuttle mau parkir dimana? Logika sederhana dengan kapasitas satu bus 50 orang maka dibutuhkan 10 kendaraan shuttle untuk mengangkut mereka betapa semakin ruwetnya jalanan kota itu baru 1 bus,” kata Fokki, Minggu (6/4/2025).

Fokki mengungkapkan, hal yang dilakukan pertama, tertiblah berlalu lintas dan rekayasa trafik perjalanan bus pariwisata ke kantong-kantong parkir yang sudah disiapkan dan sesuaikan dengan tujuan obyek wisata. Kedua, jalan sepanjang Malioboro jadikan sebagai kawasan tidak bermotor full 24 jam, termasuk bentor tetapi yang boleh masuk adalah transportasi umum semisal bus Trans Jogja, andong dan becak listrik. Dan ketiga membangun sistem transportasi lokal sesuai dengan perda yang sudah disahkan DPRD periode 2014-2019.

“Ketika kebijakan diambil secara komprehensif maka persoalan kemacetan di Kota Yogyakarta di saat libur panjang seperti libur Idul Fitri dapat terurai dan wisatawan bisa menikmati suasana Kota Yogyakarta yang penuh keguyuban dan cita rasa seni serta kebudayaan yang adiluhung seperti lagu Yogyakarta Katon Bagaskara,” tandasnya.

Sekedar informasi, jajaran legislatif DPRD Kota Jogja terus menggodok upaya untuk mengurai kemacetan di Kota Jogja. Salah satu usulannya dengan membatasi masuknya bus-bus besar ke pusat kota. Pemkot Jogja pun diminta menambah layanan shuttle bus di terminal-terminal utama.

Ketua Komisi C DPRD Kota Jogja Bambang Seno Baskoro mengatakan, salah satu penyebab kemacetan di kawasan perkotaan adalah banyaknya bus pariwisata yang memenuhi ruas jalan. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar bus-bus besar tetap berada di terminal, sementara wisatawan diantar menuju destinasi wisata menggunakan shuttle atau kendaraan kecil.

Politisi Golkar ini juga mendorong agar skema shuttle atau kendaraan kecil tidak hanya diterapkan di Terminal Giwangan, tetapi juga di Terminal Jombor dengan koordinasi bersama Pemkab Sleman. Sehingga dapat menjadi sarana bagi wisatawan untuk menuju Kota Jogja dari terminal.

Dengan begitu, lalu lintas di Kota Jogja tetap kondusif, sekaligus menambah pendapatan daerah melalui penyewaan shuttle bagi wisatawan.

Skema penggunaan shuttle sejatinya sudah mulai diterapkan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Jogja. Namun, baru sebatas dari Stadion Mandala Krida dan GOR Amongrogo ke Malioboro.

Kepala Dishub Kota Jogja, Agus Arif Nugroho menjelaskan, rekayasa lalu lintas tersebut ditetapkan untuk menghadapi lonjakan wisatawan di musim libur Lebaran. Adapun sistemnya adalah menggunakan Stadion Mandala Krida dan GOR Amongrogo sebagai kawasan parkir. Lalu wisatawan menggunakan shuttle menuju Malioboro, seperti dikutip dari halaman Radar Jogja. (SN)

Penulis: SimonEditor: Herwanto