Ini ‘Senjata’ Indonesia Buat Lawan Resesi Global Tahun Depan

Infografis/ Resesi/
Infografis/ Resesi/

HALOPOS.ID|JAKARTA – Pemerintah optimistis Indonesia bisa lolos dari ancaman resesi. Optimisme ini muncul karena Indonesia memiliki ‘senjata’ yang diyakini mampu menangkal resesi.

Deputi III Bidang Perekonomian Kepala Staf Kepresidenan, Panutan Sulendrakusuma mengungkapkan beberapa alasannya. Pertama, neraca perdagangan selama 28 bulan masih surplus.

Cadangan devisa masih dalam keadaan aman,” katanya, dikutip Senin (3/10/2022).

Kedua, dari sisi industri, indeks PMI di level 51,7 poin yang berarti masih dalam kondisi ekspansi. Selain itu, indeks keyakinan konsumen 120,7 yang artinya masih tetap yakin.

Dari industri halal pun masih ada permintaan tinggi dari dalam dan luar negeri. Hal ini menandakan kegiatan produksi di Indonesia sudah mulai jalan lagi.

“Kegiatan produksi sudah mulai jalan. Dukungan perbankan KUR, karena disubsidi pemerintah,” jelasnya.

Ketiga adalah aktivitas masyarakat yang kembali normal. Dia menjelaskan ekonomi yang jalan ditentukan dari aktivitas masyarakat. Fakta di lapangan aktivitas masyarakat sehari-hari sudah mulai kembali normal. Misalnya, katanya, mal yang mulai ramai kembali dan kemacetan di tol.

“Kita lihat kehidupan sehari-hari, saya ke pusat perbelanjaan hari Sabtu sulit mendapatkan parkir, tol macet seperti normal. Ekonomi ditentukan aktivitas. Kalau aktivitas jalan, indikator ekonomi kita jalan,” paparnya.

Seperti diketahui, ancaman krisis telah berulang kali disampaikan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

“Dunia sekarang ini dalam posisi yang tidak gampang, posisinya betul-betul pada posisi yang semua negara sulit,” kata Jokowi minggu lalu dalam acara ‘BUMN Startup Day Tahun 2022’.

“Lembaga internasional sampaikan tahun ini, tahun 2022 sangat sulit. Tahun depan mereka menyampaikan akan lebih gelap,” kata Jokowi.

Dia mengungkapkan perang Rusia dan Ukraina terbukti menjadi biang kerok utama ketidakpastian dunia pada tahun ini. Perang telah memicu berbagai macam krisis, mulai dari krisis energi, pangan, hingga sektor keuangan.