HALOPOS.ID|JEMBER – Di banyak sudut pedesaan Kabupaten Jember, kisah para lansia berjalan senyap bersama bertambahnya usia.
Tubuh yang dulu kuat mulai rentan, penyakit muncul bergantian, dan akses menuju layanan kesehatan tak selalu mudah.
Tekanan darah tinggi, rematik, hingga batu ginjal menjadi keluhan yang akrab mereka rasakan.
Namun bukan hanya penyakit yang menghambat mereka. Jarak ke fasilitas kesehatan, ketiadaan pendamping, hingga minimnya pemahaman tentang pentingnya cek kesehatan membuat banyak lansia menunda pemeriksaan.
Penundaan yang tampak sepele itu sering kali berubah menjadi masalah besar ketika penyakit ringan berkembang menjadi kondisi kronis.
Padahal, Jawa Timur, termasuk Jember, menjadi daerah dengan populasi lansia tertinggi di Indonesia.
Data Kementerian Sosial RI mencatat jumlah lansia di Indonesia sebanyak 33 juta jiwa. Dari jumlah itu, ada sekitar 6 juta lansia di Jawa Timur.
Kemudian, 400 ribu di antaranya tinggal di Jember, jumlah terbanyak tingkat kabupaten di provinsi Jawa Timur.
Angka besar yang membawa konsekuensi semakin banyak lansia yang harus dijaga kesehatannya.
Di tengah persoalan itu, hadir Karang Werda, wadah pembinaan lansia di tingkat desa.
Komunitas ini menjadi ruang aman bagi para lansia untuk berkumpul, bergerak, berdaya, dan menjaga kesehatan.
Sayangnya, belum semua desa memiliki Karang Werda aktif, sehingga gerakan hidup sehat di kalangan lansia masih belum merata.
Meski begitu, selalu ada tokoh yang tak berhenti menyalakan semangat. Salah satunya adalah Soebagio, lansia 80 tahun lebih yang tetap lincah bergerak demi para lansia di Jember.
*Tetap Bugar di Usia Senja: Pelajaran Sehat dari Soebagio*
Di usia yang sudah melewati delapan dekade, Soebagio tetap terlihat bugar saat ditemui di rumahnya, di Jalan Semeru VIII Nomor III Kelurahan Sumbersari, Jember pada Minggu (16/11/2025).
Lahir pada 12 Februari 1945 di Bondowoso, tokoh yang akrab disapa Pak Bagio ini masih aktif turun ke lapangan, mendampingi kegiatan para lansia di berbagai kecamatan hingga desa dan kelurahan.
Sebagai pengurus di Yayasan Gerontologi Abiyoso sekaligus penggerak Karang Werda, ia menjadi contoh hidup bahwa usia senja bukan alasan untuk berhenti bergerak.
“Yang penting itu tetap bergerak,” ujarnya tenang.
“Geraknya disesuaikan dengan usia. Kalau masih 50–60 tahun boleh olahraga agak berat. Tapi kalau sudah tua, ya pilih yang cocok dengan kondisi tubuh,” tambahnya.
Baginya, usia bukan batasan, asalkan tubuh dirawat, pikiran dijaga, dan hati tetap terhubung dengan sesama.
*Gerak yang Menjaga Semangat Hidup*
Soebagio menilai aktivitas fisik adalah pintu utama menuju kesehatan lansia.
Ia melihat sendiri bagaimana senam lansia yang kini digalakkan di berbagai desa berperan besar menjaga kebugaran warga lanjut usia.
Setiap kali menghadiri kegiatan Karang Werda, ia menyaksikan antusiasme puluhan hingga ratusan lansia.
Mereka datang dengan suka cita, bergerak bersama, sekaligus saling menyemangati.
“Di Jember ini, saat peringatan hari lansia 29 Mei lalu, yang datang di alun-alun Jember sampai enam ribu orang. Kebanyakan sudah sepuh, tapi kuat semua,” katanya sambil tersenyum.
Selain bergerak, ia menekankan pentingnya pola makan seimbang, interaksi sosial dan rutin melakukan cek kesehatan.
“Bertemu sesama lansia itu menyehatkan. Sosialisasi itu juga obat,” ujarnya.
*Karang Werda: Ruang Aman untuk Lansia Tetap Aktif*
Soebagio selalu mendorong para lansia untuk bergabung dengan Karang Werda. Dia menyebut hanya 20 persen lansia yang menerima tunjangan pensiun dari pemerintah.
Pensiunan TNI-Polri memiliki organisasi persatuan purnawirawan dan warakawuri TNI Polri (Pepabri).
Sedangkan ASN memliki organisasi persatuan wredatama republik Indonesia (PWRI) dan Persatuan Pensiunan Indonesia (PPI).
“Sisanya, 80 persen tidak mendapat apa-apa dan tidak tergabung di organisasi,” ucapnya.
Karena itu, Gubernur Jawa Timur melalui Yayasan Gerontologi Abiyoso meminta pembentukan Karang Werda di desa-desa sebagai wadah pembinaan lansia.
Di Jember, upaya itu berkembang pesat, ada 216 Karang Werda aktif dengan jumlah anggota yang diperkirakan mencapai ribuan. Masing-masing Karang Werda beranggotakan 20 hingga 60 orang, tergantung desa dan wilayah.
Di sinilah para lansia bisa bergerak, bersosialisasi, dan saling menjaga. Wadah ini juga menjadi penghubung antara masyarakat lansia dan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas.
Melalui organisasi ini juga para lansia bisa mengikuti senam, pertemuan rutin, cek kesehatan gratis hingga edukasi kesehatan.
Namun tantangan tetap ada. Tidak semua Karang Werda bisa didatangi tenaga kesehatan secara rutin karena keterbatasan SDM Puskesmas.
Selain itu, tidak semua desa di Jember terbentuk organisasi Kareng Werda. Meski begitu, kerja sama masih berjalan baik terutama untuk kegiatan berskala kecamatan.
*Cek Kesehatan Rutin, Kunci Lansia Tangguh*
Menurut Soebagio, penyakit yang sering menyerang lansia antara lain hipertensi, rematik, gangguan ginjal, hingga penyakit kronis lainnya. Karena itu, ia menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala.
“Rata-rata lansia sekarang sudah sadar cek kesehatan. Mereka datang tiap bulan,” jelasnya.
Selain ke Puskesmas, lansia yang tergabung dalam Prolanis (Program Penanggulangan Penyakit Kronis) mendapat kesempatan pemeriksaan rutin sekaligus senam bersama.
Soebagio sendiri hampir tidak pernah absen. Sebagai pensiunan Universitas Jember, ia memanfaatkan fasilitas Universitas Jember Medical Center (UMC) yang menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan bulanan.
“Saya selalu periksa tiap bulan. Itu penting untuk memantau kondisi,” tegasnya.
*Senam Tera dan Jalan Pagi sebagai Rutinitas*
Untuk menjaga tubuh tetap lentur, ia memilih senam tera, senam yang menekankan pernapasan dan keseimbangan.
Dalam seminggu, ia bisa dua hingga tiga kali mengikuti kegiatan Karang Werda sambil mengabadikan aktivitas para anggota untuk disebarkan melalui media sosial.
“Kalau sudah ke lapangan, ya gerak juga. Namanya ikut kegiatan lansia,” katanya sambil tertawa kecil.
Kesadaran lansia di Jember untuk menjaga kesehatan dinilai semakin baik. Apalagi kini banyak layanan cek kesehatan gratis yang disediakan pemerintah.
“Kami punya jargon: Lansia Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif. Sehat itu nomor satu. Kalau sehat, mereka bisa mandiri dan tidak bergantung pada keluarga,” jelas Soebagio.
Di beberapa desa, pertemuan lansia bahkan menjadi tempat bertukar ide dan inisiatif, mulai dari kegiatan ekonomi kecil hingga program komunitas.
*Cegah Penyakit dengan Periksa Diri*
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jember dr. Muhammad Ali Shodikin, M.Kes., Sp.A menambahkan lansia merupakan kelompok yang berisiko tinggi mengalami berbagai penyakit degeneratif.
Secara biologis, proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi tubuh sehingga membuat mereka lebih rentan.
“Di atas usia 65 tahun, risiko penyakit meningkat. Mulai dari gangguan tulang, hipertensi, diabetes, hingga penyakit jantung dan stroke,” jelasnya.
Faktor gaya hidup di masa muda, seperti merokok, pola makan tidak sehat, atau obesitas juga mempengaruhi kondisi kesehatan saat memasuki usia lanjut.
Selain penyakit degeneratif, lansia yang tidak fit lebih mudah terinfeksi bakteri ataupun virus.
Karena itu, edukasi menjadi kunci agar lansia mau memanfaatkan layanan pemeriksaan gratis.
“Mereka perlu didorong untuk memeriksakan diri agar penyakit bisa dicegah atau ditangani lebih awal. Jangan sampai baru datang ke rumah sakit saat kondisinya sudah berat,” tambahnya.
Menurut dia, pemerintah sudah menyediakan program cek kesehatan gratis (CKG) bagi masyarakat.
Program ini sejalan dengan layanan preventif yang selama ini telah berjalan di fasilitas kesehatan milik pemerintah, terutama Puskesmas.
Menurutnya, Puskesmas selama ini sudah menjalankan berbagai program pencegahan seperti penyuluhan kesehatan, promosi kesehatan, imunisasi, hingga Posyandu.
Namun, fokus pemeriksaan laboratorium secara menyeluruh memang belum sepenuhnya merata dan kini mulai diperkuat melalui kebijakan CKG.
“Program ini menambah layanan yang sudah ada. Pemeriksaan kesehatan, baik ketika seseorang sedang sakit maupun dalam kondisi sehat, kini diberikan kesempatan minimal setahun sekali,” ujar dr. Ali.
IDI Jember turut mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam program CKG.
Organisasi profesi itu meminta para anggotanya untuk mendukung program pemerintah sekaligus memperluas edukasi kepada masyarakat.
*60 Ribu Lansia Ikut Cek Kesehatan Gratis*
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinas Kesehatan Jember dr Rita Wahyuningsih menambahkan sejak resmi diluncurkan pada 10 Februari 2025 oleh Presiden Prabowo Subioanto, progam cek kesehatan grtis (CKG) mendapatkan antusiasme warga.
Dia menyebut sudah ada 494.742 warga Jember mendaftarkan diri untuk mengikuti program CKG.
“Dari jumlah tersebut, sekitar 463.601 warga sudah mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan lengkap,” paparnya.
Sedangkan untuk lansi sendiri, tercatat ada 62.413 lansia telah mendaftar.
Sebanyak 60.296 lansia sudah menerima layanan pemeriksaan kesehatan antara Februari hingga November 2025.
Menurut dia, selain skrining pemeriksaan fisik, CKG untuk lansia ditambah juga dengan skrining fungsi kognitif, fungsi motoric dan mobilitas, kondisi nutrisi, skrining jiwa dan fungsi activity daily living.
Rita menilai angka ini akan terus bertambah, terutama karena pemeriksaan untuk anak sekolah masih berlangsung di berbagai pesantren, madrasah, SD, hingga sekolah lanjutan.
Berdasarkan data aplikasi Indonesia Sehat hingga 17 November 2017, masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan selama pemeriksaan adalah kurangnya aktivitas fisik, dialami oleh 240.999 warga.
Selain itu, beberapa kondisi kesehatan yang paling sering terdeteksi meliputi Obesitas sebanyak 97.289 kasus.
Kemudian, caries gigi 84.844 kasus, Hipertensi 41.894 kasus, gangguan penglihatan kasus 30.925 warga dan diabetes melitus sebanyak 11.308 kasus.
Data ini menunjukkan pentingnya deteksi dini untuk mencegah penyakit kronis dan menurunkan risiko komplikasi.
Dia mengatakan CKG berperan penting sebagai deteksi dini penyakit, pencegahan kondisi kronis, dan langkah strategis meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pemeriksaan rutin dianggap mampu menekan biaya pengobatan jangka panjang dan memperkuat pola hidup sehat di tingkat keluarga.
Selain itu, lanjut dia, Pemkab Jember juga sudah menerapkan program Universal Health Coverage (UHC) prioritas sejak April 2025 lalu.
Yakni program kerjama antara Pemkab Jember dengan BPJS Kesehatan untuk mewujudkan layanan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat Jember.
Warga yang hendak periksa kesehatan maupun berobat cukup menunjukkan KTP dan KK, tanpa perlu membayar iuran di muka atau mengurus kepesertaan BPJS Kesehatan aktif dulu.
Hal ini untuk mempermudah warga dalam mengakses kesehatan tanpa ada hambatan keuangan, terutama bagi warga tidak mampu.
Hingga November 2025, capai UHC Prioritas sudah sebanyak 98 persen. “Tahun 2026, juga ada program layanan home care atau jemput bola,” tambah dia.
Untuk itu, warga yang tinggal dipelosok yang membutuhkan pemeriksaan, bisa dilayani dengan layanan home care tersebut.
















