Hasto Wardoyo Dinilai Pejabat Yang Rendah Hati dan Pro Rakyat Marjinal

Wali kota Yogyakarta Hasto Wardoyo saat memberikan arahan kepada para pemulung. (Foto : Kominfo Yogyakarta)
Wali kota Yogyakarta Hasto Wardoyo saat memberikan arahan kepada para pemulung. (Foto : Kominfo Yogyakarta)

HALOPOS.ID|YOGYAKARTA – Salah seorang pengurus Asosiasi Pekerja Pemulung DIY, Mukhlas menilai Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, adalah sosok pejabat pemerintah yang pro dengan rakyat marjinal. Hal itu terlihat, saat Wali Kota Yogyakarta melaksanakan berbuka puasa bersama para pemulung di Yogyakarta, Minggu (16/3/2025) lalu.

“Dalam seumur hidup semasa saya di Kota Yogyakarta, baru ini wali kota yang mau ikut kumpul bersama dengan pemulung. Wali kota terdahulu tidak ada saya rasa. Bapak Hasto ini benar-benar merakyat atau pro masyarakat marjinal,” kata Mukhlas, Senin (17/3/2025).

Mukhlas berharap, roda pemerintah berjalan dengan baik dan semua aparatur atau jajarannya mengikuti arahan Wali kota.

“Semoga ini bisa dicontoh oleh para pemangku jabatan di kemantren dan kelurahan. Hingga ditingkat RW dan RT. Agar, kebijakan atau program bapak Hasto Wardoyo dirasakan manfaatnya,” sambungnya.

Pria yang menjadi pemulung puluhan tahun itu optimis, pemerintah Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan pemimpin yang adil dan bijaksana dan dicintai masyarakatnya.

“Saya yakin beliau adalah sosok yang visioner, dan bijaksana. Kami para pemulung akan tetap mendoakannya, agar diridhoi oleh Allah SWT,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo beserta Ketua TP PKK Kota Yogyakarta Dwi Kisworo Setyowireni hadir dalam kegiatan buka bersama Asosiasi Pekerja Pemulung DIY pada Minggu (16/3/2025) di RTHP Karanganyar Brontokusuman.
Hasto menyatakan pihaknya akan kembali membuka dialog dengan para pekerja pemulung di Kota Yogya. Untuk kembali mengkaji lebih dalam apa yang menjadi kebutuhan mereka.

“Saya terenyuh ya, mereka ini kan sudah bertahun-tahun hidup di jalan. Saya punya pemikiran mereka bisa diberdayakan menjadi petugas kebersihan,” ujarnya.

Pihaknya menanggapi usulan Asosiasi Pekerja Pemulung terkait rumah singgah. Menurutnya hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan, namun harus ada regulasi terlebih dahulu.

“Saya akan pertimbangkan, mereka kan tidak ingin rumah satu-satu, tapi lebih ke rumah singgah untuk kumpul bersama, tempat untuk berteduh,” terangnya.

Untuk peraturannya juga disesuaikan, lanjut Hasto. Sehingga tidak bisa diterapkan dengan cara top down, perlu peraturan khusus supaya bisa berjalan.

“Mereka sudah terbiasa hidup di jalan, belum tentu dikasih rumah dengan suatu peraturan itu senang. Ini baru sekali dialog, nanti akan ketemu lagi untuk lebih dekat mengetahui apa yang mereka butuhkan,” imbuhnya.

Sementara itu Ketua Asosiasi Pekerja Pemulung DIY Mukhlas mengatakan, asosiasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan para pekerja pemulung.

“Ini juga sebagai wadah meningkatkan kesadaran pentingnya pengelolaan sampah yang baik, dengan peran para pekerja pemulung untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekitar. Memilah dan memanfaatkan sampah menjadi berkah,” katanya. (SN)

Penulis: SimonEditor: Herwanto