HALOPOS.ID|JAKARTA – Harga minyak dunia tumbang lagi. Sepertinya investor masih bernafsu mencairkan keuntungan yang memang tidak kecil.
Pada Jumat (11/3/2022) pukul 06:22 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 109,33/barel. Ambles 1,63% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 106,02/barel. Anjlok 2,47%.
Pencairan cuan sepertinya masih menjadi agenda investor. Meski sejak kemarin harga si emas hitam sudah ambruk belasan persen, tetap cuan itu masih ada.
Dalam sebulan terakhir, harga brent dan light sweet masih membukukan kenaikan 15,49% dan 15,97% secara point-to-point. Selama setahun ke belakang, harga meroket 56,64% dan 60,59%.
Oleh karena itu, jangan heran kalau akan datang saatnya investor ramai-ramai merealisasikan keuntungan. Sebab yang didapat memang tidak main-main.
Dari sisi fundamental, pasar melihat ada potensi kenaikan pasokan. Setelah minyak dari Rusia diboikot karena serangan ke Ukraina, sumber-sumber lain diharapkan bisa ‘menambal’.
Ada kabar beredar bahwa Amerika Serikat (AS) siap melonggarkan larangan ekspor bagi Venezuela. Pelonggaran in membuat Venezuela bisa kembali mengekspor minyaknya sehingga meredakan tekanan harga.
Akhir pekan lalu, delegasi AS bertolak ke Caracas untuk menemui Presiden Nicolas Maduro. Ini adalah pertemuan pertama AS dengan pemimpin Venezuela setelah bertahun-tahun. Awalnya, AS mengecam Maduro karena bersikap otoriter dan menodai demokrasi dengan pemilu yang curang.
Selain itu, pelepasan cadangan minyak dunia juga akan terus dilakukan. Dengan begitu, pasokan di pasar akan bertambah sehingga harga lebih terkendali.
“Dengan niat baik, koordinasi, dan keberuntungan, masalah pasokan bisa diatasi. Namun bukan berarti masalah selesai,” tegas Tamas Varga, Analis PVM, seperti dikutip dari Reuters.
Sepanjang perang Rusia-Ukraina masih berkecamuk, maka persoalan pasokan akan terus menghantui. Sebab Rusia adalah salah satu pemain utama dunia untuk minyak. Produksi Rusia menduduki peringkat tiga dunia, hanya kalah dari AS dan Arab Saudi.
“Sepertinya (harga minyak) belum mencapai puncak, masih ada energi untuk naik lagi. Koreksi saat ini adalah profit taking belaka,” ujar Thomas Saal, Senior Vice Presiden di StoneX Financial Inc, sebagaimana diwartakan Reuters. (**)
Editor : Herwan