Hakekat Idul Fitri Bagi Yusuf Indra Kesuma

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Koa Palembang, RM Yusuf Indra Kesuma.
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Koa Palembang, RM Yusuf Indra Kesuma.

HALOPOS.ID|PALEMBANG – Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H tahun 2022 tentunya memiliki makna mendalam bagi umat muslim sedunia. Terlebih, bagi keluarga besar Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Koa Palembang, RM Yusuf Indra Kesuma.

Menurutnya, perayaan hari besar umat Islam tak sekedar momen saling memaafkan kepada sesama manusia. Akan tetapi, Idul Fitri adalah hari menumbuhkan sikap toleransi kehidupan keluarga.

Bagi Indra, hari raya lebaran Idul Fitri merupakan hari cinta kasih yang patut dirayakan, karena merupakan hari kemenangan bagi seluruh umat muslim di tanah air, khususnya kota Palembang.

“Makna idul fitri saat ini bukan semata pada kerumunan atau pertemuan, tapi justru pada hakekat kebersamaan dan persaudaraan,” kata Indra saat dibincangi, Minggu (1/5/2022) malam.

Lebih lanjut Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI) kota Palembang ini menuturkan, Idul Fitri memiliki arti kembali kepada fitrah kemanusiaan yang mengacu kepada tiga nilai utama. Pertama adalah keimanan, kedua kebaikan, dan ketiga keindahan.

Maka pada konteks Idul Fitri tahun ini, umat Islam harus memaknainya agar nilai-nilai keimanan dengan konteks memberikan rasa aman, baik kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.

Caranya adalah mengokohkan kebersamaan dan kepatuhan dengan memakai masker, menjaga jarak dan juga selalu untuk mencuci tangan, untuk menyempurnakan kemenangan di hari Fitri.

“Itulah sesungguhnya hakikat dari pada Idul Fitri karena kalau kita memiliki pemahaman yang rasa aman maka itu akan terjadi kebaikan di tengah masyarakat,” kata Indra.

Tentu, lanjut pria akrap disapa iin castrol ini, nilai-nilai kebaikan itu harus menjadi prinsip utama umat Islam dalam merayakan Idul Fitri.

“Kita masih diberi umur oleh Allah SWT, kita masih diberi kesempatan untuk menikmati Idul Fitri walau dalam keterbatasan. Keindahan Idul Fitri bukan terletak pada nilai kerumunan atau pertemuan tapi justru pada hakekat kebersamaan dan persaudaraan,” imbuhnya.

Selain itu, kemenangan pada Idul Fitri sesungguhnya terletak pada kemampuan untuk meraih kebahagiaan dan itu hanya bisa dicapai atas tiga hal.

Pertama adalah tazkiyatun fafsi atau pensucian diri, tidak boleh ada iri, dengki, tidak boleh ada dendam, tidak boleh ada penyebaran hoax tidak boleh ada fitnah. Juga tidak boleh ada upaya untuk merancang perilaku radikalisme atau terorisme karena orang yang hatinya suci akan selalu mencintai sesama dan mencintai negeri.

Yang kedua, kata Indra, kebahagiaan dan kemenangan itu dicapai dengan dzikir yang banyak menyebut nama Allah. Hal ini sebenarnya menjadi momentum penting ketika memakai masker untuk menutup mulut, maka itu menjadi tanda bahwa tidak boleh berbohong, tidak boleh memfitnah, memprovokasi, menyebarkan hoax, dan juga mengumbar janji yang tidak akan bisa dipenuhi.

“Setelah itu ketiga yaitu melakukan shalat. Shalat itu menjadi inti utama dalam ajaran Islam di mana orang yang melakukan shalat dia akan dijauhkan dari nilai-nilai fahsya dan mungkar nilai-nilai kejelekan. Maka orang yang rajin shalat tidak akan pernah dia berani untuk mencaci maki, memfitnah saudaranya sendiri. Ia akan selalu menciptakan nilai-nilai perdamaian dan keselamatan,” ungkap Indra. (NT)

Editor : Suryadinata.