HALOPOS.ID|PALEMBANG – Tak hanya terkenal ramah dan dekat dengan masyarakat umum, tapi Gubernur Sumsel H. Herman Deru juga diakui sebagai kepala daerah yang ramah kepada para penyandang disabilitas salah satunya penyandang tuna rungu (tuli).
Hal itu terungkap dalam acara Pembukaan Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII) Tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) DPD Sumsel, di Griya Agung Minggu (25/9) pagi.
Kepedulian Gubernur Sumsel pada penyandang disabilitas khususnya tuna rungu tersebut ditunjukkannya dengan mensupport berbagai kegiatan Gerkatin.
Tak hanya itu, dalam berbagai kesempatan Ia juga aktif mensosialisasikan bahasa isyarat dengan menghadirkan petugas bahasa isyarat pada setiap konfrensi pers. Ia bahkan juga aktif mendukung Gerakan Literasi Bahasa Isyarat bagi kaum difabel di Sumsel yang diinisiasi Duta Literasi Sumsel.
Dalam sambutannya, Ketua Gerkatin Sumsel Iwan Oktarianto mengatakan para penyandang disabilitas khususnya tuna rungu sangat gembira dapat diberi kesempatan merayakan Hari Bahasa Isyarat Internasional di Griya Agung.
Mengusung tema ” Bahasa Isyarat Menyatukan Kita”, Iwan berharap kedepan komunikasi antara teman tuli dan teman dengar dapat semakin meningkat. Adapun peringatan HBII kali ini berbarengan dengan hari pekan tuli yang diperingati pada 25 September.
“Tidak banyak yang ingin Saya sampaikan karena Saya sedikit gugup dan malu. Namun kami sangat berterimakasih karena Pak Gubernur sudah sangat ramah dengan teman-teman tuli di Sumsel,” jelasnya.
Sementara itu Gubernur Sumsel H. Herman Deru dalam sambutannya mengatakan bangga dengan upaya perorangan maupun institusi yang mensetarakan teman tuli dan teman dengar.
Sebagai Kepala Daerah Iapun mengapresiasi Gerkatin yang telah menumbuhkan kepercayaan bagi semua institusi dan perorangan di Sumsel untuk terus mensosialsiasikan bahasa isyarat.
“Dengan peringatan ini kita disadarkan bahwa banyak sekali saudara kaum difabel yang butuh layanan yang setara dengan seluruh masyarakat lain ditempat umum. Seperti tangga khusus, dan lainnya di tempat-tempat pelayanan,” jelasnya.
Yang tak kalah menarik kata Gubernur Herman Deru, adalah saat melihat kategori-kategori penghargaan yang diberikan Gerkatin baik kepada individu maupun institusi
Dengan inspirasi yang ditunjukkan para peraih penghargaan, diharapkannya dapat menjadi pemantik bagi maayarakat lain untuk memperbanyak masyarakat non tuli yang dapat berbahasa isyarat.
“Selama ini kita abai sehingga ini tumbuh alamiah saja. Padahal dulu di setiap tayangan berita di televisi menyajikan juga bahasa isyarat dan sempat redup.. Alhamdulillah sekarang melalui event ini bisa dihidupkan lagi,” jelasnya.
Untuk itu Ia menyampaikan apresiasi pada Duta Literasi Sumsel, Samsat IV Palembang, Kepolisian Daerah dan sejumlah tokoh yang menginspirasi dan telah memberikan layanan khusus yang prima kepada para teman-teman tuli.
“Saya tahu ini tidak mudah, teruslah pelopori kegiatan seperti ini sampai ke penjuru Sumsel agar hak-hak teman-teman tuli dapat terpenuhi seperti yang lainnya,” tambah Herman Deru.
Mengutip quote Mahatma ghandi, Herman Deru berpesan kepada semua yang hadir dan yang memperoleh penghargaan agar terus bergerak melangkah dan terus maju meskipun bisa berhasil atau tidak.
“Meskipun kita tahu hal itu bisa berhasil dan bisa juga tidak berhasil. Tapi kalau kita tidak bergerak kita tidak ada pilihan karena pasti tidak akan ada hasil,” jelasnya.
Lenih jauh Herman Deru juga mengatakan, setiap tanggal 23 bulan September, diperingati dunia sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional ( HBII ). Peringatan ini sebagai salah satu momentum melindungi serta mendukung identitas linguistik dan keragaman budaya tuli, serta pengguna bahasa isyarat lainnya.
Peringatan Hari Bahasa Isyarat ini bertujuan agar para difabel khususnya tuli mendapatkan hak yang sama seperti yang lainnya. Salah satunya hak mendapatkan informasi dan komunikasi dari dan dengan orang lain.
Pada peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional, federasi tuli sedunia mengeluarkan tantangan pemimpin global ( global leaders challenge ) . Tantangan ini bertujuan untuk mempromosikan penggunaan bahasa isyarat oleh para pemimpin lokal , nasional, dan global dalam kemitraan dengan asosiasi nasional bagi tuli di setiap negara, serta organisasi yang dipimpin oleh tuli lainnya.
“Ini menjadi tantangan kita bersama,” tutupnya.