Dolar AS Diramal Mandek, Rupiah Jadi Terbaik Asia Hari Ini?

HALOPOS.ID|JAKARTA – Rupiah akhirnya mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa kemarin, bahkan cukup tajam 0,42% ke Rp14.375/US$. Sebelumnya, Mata Uang Garuda tidak pernah menguat dalam 12 hari perdagangan, rinciannya 10 kali melemah dan 2 kali stagnan. Tidak sekedar menguat, rupiah juga menjadi yang terbaik kedua di Asia kemarin. 

Virus corona Omicron yang diperkirakan tidak akan lebih berbahaya dibandingkan varian lainnya membuat sentimen pelaku pasar membaik dan mendongkrak kinerja rupiah, dan bisa berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (8/12/2021).

Selain itu, Jane Foley, kepala strategi mata uang di Rabobank London mengatakan dolar AS sulit untuk menguat lebih jauh, sebab pasar sudah mengantisipasi percepatan tapering termasuk kenaikan suku bunga 2 kali di tahun depan.

“Meski pernyataan Powell terbilang hawkish dan memicu spekulasi kenaikan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun depan, tetapi pasar sudah mengantisipasi hal tersebut,” kata Foley, sebagaimana dilansir Reuters Sabtu (4/12).

Jika dilihat secara teknikal, meski kemarin menguat tajam tetapi tekanan bagi rupiah cukup besar setelah bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200.

Selain itu, rupiah juga membentuk pola Inverse Head and Shoulders yang menjadi sinyal kenaikan suatu aset. Dalam hal ini USD/IDR bergerak naik yang artinya rupiah mengalami pelemahan.

Puncak bawah Inverse Head and Shoulders berada di Rp 14.020/US$ sementara Neckline berada di kisaran Rp 14.330/US$. Artinya ada jarak sebesar 290 poin.

Ketika Neckline ditembus (break out), maka rupiah berisiko melemah sebesar jarak tersebut. Artinya, selama rupiah tertahan di atas Rp 14.330/US$, ada risiko melemah 290 poin ke Rp 14.620/US$.

Rupiah bisa lepas dari pola ini dan berbalik menguat di Desember jika mampu kembali ke bawah Rp 14.320/US$, dan bertahan di bawahnya.

Sebelum mencapai level tersebut, rupiah harus melewati MA 200 terlebih dahulu yang berada di kisaran Rp 14.345/US$.

Peluang penguatan rupiah terbuka cukup lebar melihat indikator Stochastic yang sudah berada di wilayah jenuh beli (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika USD/IDR mencapai overbought, maka kemungkinan akan berbalik turun.

Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.400/US$ jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.435/US$. (**)

Editor: Hendra P