Dari Pokir ke Patriotisme, Wawasan Kebangsaan Jadi Bekal Generasi Emas 2045

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Sidoarjo mengambil langkah strategis ,memperkuat semangat nasionalisme dari hulu
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Sidoarjo mengambil langkah strategis ,memperkuat semangat nasionalisme dari hulu

HALOPOS.ID\SIDOARJO– Di tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan ideologis di era digital, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Sidoarjo mengambil langkah strategis ,memperkuat semangat nasionalisme dari hulu. Bertempat di Zam Zam Hotel & Convention, Kota Batu, kegiatan penyuluhan bertajuk “Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan bagi Tokoh Masyarakat dan Generasi Muda” digelar selama dua hari, 18–19 Juni 2025.

Sebanyak 50 peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat dan pemuda dilibatkan dalam forum edukatif ini. Hadir sebagai narasumber Kepala Bakesbangpol Sidoarjo Fredik Suharto,S,Sos.MM. Pelda Listiawan dari unsur TNI, serta moderator Slamet Urip, SH., MM., dari Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Bakesbangpol Sidoarjo.

Fredik Suharto membuka sesi dengan penekanan pentingnya wawasan kebangsaan dan Bela Negara. “Wawasan kebangsaan bukan slogan. Ini fondasi, terutama di tengah krisis identitas global.”

Menurutnya, bela negara tidak melulu dalam konteks senjata, tetapi mulai dari tindakan paling sederhana,menjaga harmoni keluarga dan lingkungan.

“Kita mulai dari rumah. Jika keluarga rukun dan masyarakat guyub, Negara ini akan berdiri kokoh,” ujarnya.

Ia juga menyebut bahwa berdasarkan pengukuran yang diminta Kementerian Dalam Negeri, Indeks Kesalihan Sosial dan Harmoni Sosial Sidoarjo mencapai angka membanggakan 85,15 persen.
“Ini menandakan bahwa Sidoarjo tergolong kondusif. Ormas hidup dan guyub, ini modal sosial yang tak ternilai,” imbuhnya.

Menariknya, kegiatan ini didukung melalui anggaran Pokok Pikiran (Pokir) dari anggota Komisi C DPRD Sidoarjo, H. Anang Siswandoko, ST., politisi dari Fraksi Gerindra yang dikenal vokal mendorong program penguatan karakter kebangsaan. Anang menekankan bahwa nasionalisme perlu disuntikkan ke generasi milenial secara kreatif dan kontekstual.

“Generasi emas 2045 tidak lahir begitu saja. Harus disiapkan. Milenial jangan alergi dengan kata nasionalisme. Cinta Tanah Air itu bisa melalui banyak cara, termasuk melawan hoaks dan menjaga moral publik,” kata Anang.

Pernyataan itu diamini oleh Pelda Listiawan. Ia menyoroti ancaman ideologi yang tak lagi hadir dalam bentuk agresi militer, melainkan infiltrasi melalui media sosial dan narasi digital.

“Kalau anak muda tak punya tameng ideologi, maka musuh bisa masuk tanpa disadari. Wawasan kebangsaan adalah benteng pertama,” tegasnya.

Kegiatan ini menandai pentingnya sinergi lintas sektor, pemerintah, legislatif, TNI, hingga masyarakat sipil. Dalam konteks inilah, penyuluhan selama dua hari bukan sekadar forum diskusi, tapi investasi ideologis bagi masa depan bangsa.(*)

Penulis: Sapto JumadiEditor: Herwanto