HALOPOS.ID|PALEMBANG – Pasca ambruknya Jembatan Muara Lawai di Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendesak agar perusahaan tambang batu bara membangun jalan khusus sebagai solusi jangka panjang untuk mencegah kerusakan infrastruktur publik akibat kendaraan bertonase berat.
Wakil Gubernur Sumsel, Cik Ujang, saat meninjau langsung lokasi kejadian pada Senin (30/6/2025), menegaskan bahwa ambruknya jembatan yang dibangun sejak 1970 itu disinyalir akibat dilalui truk batu bara dengan muatan berlebih secara bersamaan.
“Jembatan ini tidak dirancang untuk menahan beban truk-truk besar bermuatan 30 sampai 35 ton sekaligus. Ini jelas melampaui kapasitas,” ujar Cik Ujang.
Menurutnya, selain menimbulkan kerusakan fisik pada infrastruktur, aktivitas angkutan batu bara juga menyebabkan dampak lingkungan seperti debu dan polusi yang dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama di wilayah Merapi, Tanjung Enim, dan sekitarnya.
“Perusahaan harus sadar. Mereka cari untung, tapi jangan korbankan rakyat. Jalan dan jembatan umum jangan dijadikan akses utama. Solusinya, bangun jalan khusus batu bara,” tegasnya.
Ia menambahkan, Gubernur Sumsel Herman Deru sudah lama mewacanakan pembelian batu bara di gudang provinsi agar distribusi lebih terkendali. Namun, selama belum ada jalan khusus, kerusakan akan terus terjadi.
Dalam kesempatan itu, Cik Ujang juga meminta kendaraan batu bara yang masih berada di sekitar lokasi jembatan ambruk agar ditarik kembali ke tambang dan tidak memaksakan melintasi jembatan yang belum siap.
“Kalau sampai jembatan yang baru direhab itu juga rusak, dampaknya bukan cuma ke perusahaan, tapi ke masyarakat luas,” katanya.