BPKB dan PBJSN Bergerak, Kawal Cagar Budaya dari Ancaman Penjarahan

BPKB dan PBJSN Bergerak, Kawal Cagar Budaya dari Ancaman Penjarahan
BPKB dan PBJSN Bergerak, Kawal Cagar Budaya dari Ancaman Penjarahan

HALOPOS.ID|SIDOARJO  – Aroma keresahan menyelimuti kalangan pegiat budaya. Beberapa pekan terakhir, publik digegerkan oleh aksi anarkis yang menyasar situs bersejarah di sejumlah daerah Jawa Timur. Di Kediri, misalnya, museum setempat menjadi korban perusakan dan kehilangan artefak kuno.

Kabar itu cepat menyebar. Di Sidoarjo, kekhawatiran serupa muncul. Koleksi Museum Negeri Mpu Tantular, yang menyimpan ratusan benda bersejarah peninggalan kerajaan hingga kolonial, dinilai rawan menjadi sasaran.

Kondisi inilah yang mendorong Barisan Pejuang Kebudayaan Bangsa (BPKB) dan Persatuan Budayawan Jagad Suwung Nusantara (PBJSN) bergerak berkoordinasi dengan Kepala UPT Museum Negeri Mpu Tantular, Sadari.

“Situasi ini membutuhkan kewaspadaan ekstra. Kami tidak ingin kejadian di Kediri terulang di Sidoarjo,” kata Sadari saat ditemui di ruang kerjanya.

Sejak kabar penjarahan merebak, pihak museum langsung memperketat pengawasan. Jumlah personel keamanan ditambah, patroli diperbanyak, dan koordinasi dengan aparat kepolisian diperkuat.

“Kami meningkatkan kewaspadaan, baik dari sisi pengawasan area maupun patroli rutin,” ujar Sadari.

Ia sadar, ancaman bukan hanya pada fisik bangunan, tapi juga terhadap koleksi yang bernilai tak ternilai.

Baginya, museum tak sekadar ruang pamer. Ia adalah “lemari ingatan ” bangsa. “ Kalau artefak hilang atau dirusak, yang hilang bukan hanya benda, melainkan jati diri bangsa,” katanya, menekankan.

Menjaga Benda, Menjaga Marwah

Ketua BPKB, Umar, menyebut langkah pengamanan swakarsa menjadi pilihan paling realistis saat ini.
“Kami bersama PBJSN siap membantu museum melakukan penjagaan. Jangan sampai tindakan anarkis dan penjarahan benda bersejarah terjadi,” katanya.

Umar menambahkan, BPKB tidak ingin hanya menjadi penonton. Mereka akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian, agar upaya ini berjalan sesuai prosedur.

Ketua Harian PBJSN, Bambang, berbicara dengan nada yang lebih filosofis. Baginya, menjaga situs budaya bukan sekadar melindungi benda mati. “Ini menjaga napas kebudayaan Nusantara. Kita harus bersatu agar situs sejarah tidak menjadi korban dari situasi sosial yang memanas,” ujarnya.

Lebih dari Penjagaan Fisik

Meski pengamanan penting, Sadari menegaskan bahwa kunci utama ada pada kesadaran publik.
“Kalau masyarakat paham arti penting cagar budaya, mereka akan ikut menjaga. Edukasi ini harus diperluas, terutama kepada generasi muda,” katanya.

Bagi Sadari, museum yang aman hanya separuh persoalan. Yang lebih penting adalah masyarakat yang merasa memiliki. Tanpa itu, warisan leluhur tetap berada di ujung tanduk.