Boaz Tanpa Persipura: Bersinar atau Melempem di Borneo FC

JAKARTA – Setelah 16 tahun membela Persipura, Boaz Salossa untuk kali pertama akan tampil bersama Borneo FC dalam Liga 1 2021. Apakah Boaz akan bersinar atau melempem?

Pemain bernama lengkap Boaz Theofilius Erwin Solossa ini telah genap berusia 35. Meski usia bukan ukuran dari performa cemerlang, tetapi statistik membuktikan pemain asal Sorong ini sudah tak segarang usia mudanya.

Pada 2017 Boaz hanya melesakkan 10 gol dari 27 pertandingan, lantas 11 gol pada musim 2018, dan mengoleksi 9 gol pada musim 2019. Ini kontras dengan torehannya pada musim 2009/2010 hingga 2014, yang selalu menciptakan 11 gol lebih.

Boaz pun makin sering diganti atau menjadi cadangan. Pada musim 2020 (sebelum dihentikan) misalnya, dari tiga pertandingan Boaz tiga kali ditarik keluar. Ini seolah jadi tanda bahwa ‘si anak ajaib’ sudah mulai tak efektif tampil 90 menit.

Tak bisa dipungkiri, salah satu kunci sukses Boaz bersama Persipura karena chemistry. Permainan mantan pemain Carsae (Timor Leste) ini menonjol karena rekan-rekannya memberikan dukungan 100 persen.

Persipura sendiri sudah melakoni laga perdana di Liga 1 2021 dengan hasil negatif. Tanpa sang ikon, Mutiara Hitam takluk 1-2 dari Persita Tangerang di Stadion Pakansari, Sabtu (28/8).

Apakah hal sama akan didapatkan Boaz di Borneo?

Pertama, skuad Borneo FC musim ini kental dengan nuansa Papua. Selain Boaz ada Marckho Meraudje, Alvin Duaramuri, dan Terens Puhiri, yang berasal dari Papua. Koneksi Papua ini setidaknya bisa menjadi pengikat batin Boaz.

Kedua, jika melihat operasi transfer klub kelahiran 7 Maret 2014 ini, posisi Boaz cukup istimewa di dalam konsep tim. Mario Gomez, pelatih Borneo FC, sampai lebih memilih meminjamkan satu striker ke klub lain demi mendatangkan Boaz.

Salah satu dampak positif yang akan diberikan Boaz kepada Pesut Etam, julukan Persipura, adalah mentalitas juara. Pengalaman, jam terbang, dan kepemimpinan Boaz diyakini akan meningkatkan semangat juang rekan-rekannya.

Selama beberapa musim di Indonesia, Mario Gomez punya dua skema favorit. Pelatih asal Argentina ini cenderung menerapkan formasi 3-1-3-1 atau 4-4-1-1. Dalam dua formasi ini Boaz kemungkinan jadi penyerang sayap: penusuk plus pengumpan.

Kans Boaz menjadi ujung tombak cukup kecil. Untuk posisi ini Boaz harus bersaing dengan Francisco Torres, Amer Bekic, dan Guy Junior. Boaz lebih bisa bersaing dengan Terens Owang Puhiri, Muhammad Sihran, Sultan Samma, atau Wawan Febrianto.

Sejatinya ini bukan kali pertama Boaz membela Borneo FC. Ia pertama kali membela klub binaan Nabil Husein ini pada 2015, yakni dalam ajang Piala Presiden 2015. Ketika itu Boaz tampil empat kali dan menyumbang dua gol.

Nabil mengatakan, Boaz didatangkan ke Samarinda bukan sebagai pelengkap. Boaz diyakini masih punya magis dan akan menguatkan sistem yang dibangun Mario Gomez. Kedatangan Boaz diharapkan bisa membuat Borneo FC meraih gelar pada musim ini.

“Budget cukup besar [untuk mengontrak Boaz Solossa], tapi [ini akan] sesuai kontribusi. Borneo membutuhkan tambahan striker yang punya pengalaman seperti Boaz,” kata Nabil.

Nabil mengungkapkan, Boaz merupakan pemain dengan bayaran tertinggi di Liga 1 2021/2022. Sayang Nabil enggan membeberkan angka yang telah disepakati. Terlepas dari itu ini jadi bukti bahwa Boaz didatangkan bukan untuk sekadar jadi pemanis.

Akankah Boaz tampil cemerlang setinggi bayarannya di Borneo FC? Satu yang pasti, pemain asal Papua punya karakter yang hampir sama: pejuang keras saat ditantang membuktikan kualitasnya. Ini pun berlaku bagi Boaz Solossa.