HALOPOS.ID – Untuk pertama kalinya sejak 5 Mei 2020 rupiah mengakhiri perdagangan di atas Rp 15.000/US$. Hal ini terjadi Kamis kemarin setelah rupiah melemah 0,3% ke Rp 15.030/US$.
Bank Indonesia (BI) yang masih mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah sepanjang sejarah 3,5% membuat rupiah tertekan. Maklum saja, selisih suku bunga dengan bank sentral AS (The Fed) akan semakin menyempit, sebab pada pekan depan suku bunga akan kembali dinaikkan.
The Fed sejauh ini sudah 3 kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% – 1,75%, dan pekan depan diperkirakan akan menaikkan 75 hingga 100 basis poin.
Bank sentral paling powerful di dunia ini juga menegaskan akan terus menaikkan suku bunga di sisa tahun ini hingga diproyeksikan menjadi 3,5% – 3,75%.
Meski demikian, bukan berarti rupiah pasti akan terpuruk lagi pada perdagangan Jumat (22/7/2022). Ada peluang penguatan rupiah melihat indeks dolar AS yang jeblok 0,43% pada perdagangan Kamis kemarin.
Kemerosotan tersebut terjadi setelah bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, lebih tinggi dari ekspektasi pasar 25 basis poin.
Secara teknikal, rupiah yang break out level psikologis Rp 15.000/US$ tentunya berisiko melemah lebih lanjut. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sejak saat itu rupiah terus tertekan hingga menembus level psikologis Rp 15.000/US$ Kamis kemarin. Selama tertahan di atasnya rupiah tentunya akan melemah lebih jauh. Rp Rp 15.090/US$ – Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50% akan menjadi resisten kuat selanjutnya yang bisa menahan pelemahan rupiah.
Rp 15.000/US$ kini menjadi support terdekat yang akan menahan rupiah jika menguat. Melihat indikator Stochastic pada grafik harian dan 1 jam yang berada di wilayah jenuh beli (overbought), rupiah tentunya punya peluang menguat.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Jika level psikologis tersebut ditembus, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.970/US$. (**)