HALOPOS.ID|JAKARTA – Indonesia berencana memulai produksi obat Covid-19 racikan Merck, Molnupiravir, di dalam negeri. Rencananya produksi tersebut akan dilakukan PT Amarox pada bulan April atau Mei 2022 mendatang.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan Indonesia sedang dalam tahap masuk gelombang kenaikan kasus Covid-19 berikutnya akibat virus corona varian Omicron. Jadi memang dibutuhkan ketersediaan obat Covid-19, dalam rangka membantu penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Beberapa varian obat yang pasti kita butuhkan adalah obat-obat anti virus seperti favipiravir dan juga molnupiravir. Kalau kita bisa dengan segera mendapat akses ke obat-obat tersebut akan sangat membantu untuk penanganan Covid-19 ini,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Sabtu (15/1/2022).
Sebelum itu, Molnupiravir sudah tersedia di tanah air berjumlah 400 ribu tablet sejak beberapa waktu lalu.
Bukan hanya ketersediaan, Budi juga menekankan pentingnya Indonesia membuat obat di dalam negeri. Sebab, melihat pengalaman saat ada lonjakan kasus di beberapa negara tahun lalu, hal itu berdampak pada Indonesia yang mengalami kesulitan logistik pengiriman obat-obatan ke Indonesia.
Selain itu, Budi mengatakan mengapresiasi PT Amarox menjadi penyedia farmasi di Indonesia. Perusahaan itu diminta bisa membantu mengatasi pandemi dan berikutnya mendukung kemandiri obat di dalam negeri.
“Diharapkan bahwa semua produk-produk yang kritikal bagi bangsa kita itu diproduksi di dalam negeri dan kita akan memastikan bahwa banyak perusahaan obat dan alat kesehatan di Indonesia sehingga kalau ada pandemi selanjutnya kita tidak bergantung kepada negara lain,” kata Budi.
Sebelumnya, Badan POM juga telah merilis izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) untuk Molnupiravir. Persetujuan itu berupa kapsul 200 mg, diberikan dua kali sehari sebanyak empat kapsul dalam waktu lima hari.
Molnupiravir disebut untuk pengobatan Covid-19 ringan hingga sedang pada pasien berusia 18 tahun ke atas. Selain itu pasien juga tidak memerlukan pemberian oksigen dan memiliki peningkatan risiko menjadi infeksi berat. (**)
Editor : Herwanto.