HALOPOS.ID|JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memantau ketat pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi saat ini memang dipengaruhi oleh faktor global, khususnya penyebaran varian baru covid-19 omicron.
“(Penyebabnya) Terkait kondisi global memang kekhawatiran pasar saat ini tertuju pada merebaknya varian baru Omicron yang mulai terjadi di Eropa, AS dan Korea Selatan,” ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Hariyadi Ramelan, Senin (6/12/2021)
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung merosot 0,24% ke Rp 14.430/US$. Depresiasi rupiah makin bertambah menjadi 0,31% ke Rp 14.435/US$ pada pukul 9:117 WIB, yang merupakan level terlemah sejak 20 Agustus lalu.
Faktor lain yang mendorong pelemahan rupiah adalah arah kebijakan bank sentral AS federal reserve (The Fed) yang cenderung hawkish, artinya ada kemungkinan tapering dipercepat dari rencana sebelumnya. Sebagai bentuk respons perekonomian dalam negeri AS.
“Dengan double tapering serta skenario FFR akan naik 2 sampai dengan 3 x 25 bps tahun depan , berarti menjadi 0,75-1% FFR pada akhir tahun 2022, ini jadi critical path untuk emerging market country termasuk Indonesia bagaimana akan merespons gejala ini,” jelasnya.
Sementara dari dalam negeri, menurut Hariyadi tidak ada isu spesifik. Akan tetapi lebih terpengaruh atas kondisi global. “Persepsi investor untuk risk off dan rebalancing posisi akhir tahun yang tinggal beberapa hari ke depan,” imbuhnya.
Meski demikian, pelemahan nilai tukar rupiah masih terjaga dibandingkan dengara berkembang lainnya. BI terus berada di pasar dan menjamin ketersediaan valuta asing untuk mencukupi kebutuhan investor. Nilai tukar rupiah akan dijaga sesuai level fundamental.
“Jadi kami memantau situasi ini dengan closely alert dan tentunya terus berada di pasar valas dan rupiah domestik untuk memastikan kecukupan supply valas dengan adanya profit taking atau peningkatan demand ini,” kata Hariyadi.
BI meyakini pelemahan rupiah bersifat sementara dan akan kembali menguat dalam waktu dekat.
“Kami meyakini kondisi saat ini temporer dan BI terus menjaga pasar domestik dengan respon bauran kebijakan yang terukur baik dari sisi nilai tukar, manajemen likuiditas, gwm maupun suku bunga kewajiban dengan tetap melihat perkembangan eksternal seperti FOMC 13-14 Desember nanti,” pungkasnya.