HALOPOS.ID|JAKARTA – Sejak awal pandemi Indonesia secara aktif menyerukan nilai-nilai solidaritas, inklusivitas hingga kemitraan, yang mana nilai-nilai ini akan menjadi kunci presidensi G20 Indonesia yang akan dimulai 1 Desember 2021 mendatang.
Dalam seminar yang bertajuk ‘Sosialisasi Presidensi G20 Indonesia: Unlocking G20 Opportunity’ yang diselenggarakan di Museum KAA, Bandung, Tika Wihansari selaku Sekretaris Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu mengatakan Indonesia akan memanfaatkan presidensi G20 untuk mendapatkan perhatian terhadap kepentingan negara berkembang dan kelompok rentan.
Negara itu meliputi di Asia, Afrika, Amerika Latin, hingga negara-negara di kepulauan kecil. Kelompok inilah yang selama ini dinilai sangat terpuruk akibat pandemic global covid-19 baik dari aspek Kesehatan maupun ekonomi.
“Pandemic masih membayangi dan terdapat gap dalam distribusi vaksin hingga 3% penduduk di low income countries yang mendapatkan akses vaksin, sementara dari aspek pertumbuhan ekonomi global akan positif di 2022, namun dikhawatirkan tidak merata dan dinilai rentan terhadap situasi pandemic serta disrupsi rantai pasok global” ungkap Sekretaris Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu Tika Wihansari.
Sementara itu, Staf Ahli Menlu RI Bidang Hubungan Antar lembaga Muhsin Syihab mengatakan Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang dipilih menjadi anggota G-20, oleh karena itu sebagai tuan rumah G-20 nanti Indonesia berambisi untuk tidak hanya menyuarakan kepentingan nasional, namun juga kepentingan negara berkembang.
Melalui presidensi G20 ini, salah satu isu yang ingin diusung Indonesia adalah agar membentuk arsitektur Kesehatan global, salah satunya melalui Covax AMC.
“Sebagai representasi negara berkembang dalam membangun sistem perekonomian global yang adil, terbuka dan berkelanjutan” kata Muhsin Syihab. (**)