OPINI  

Dampak Media Sosial terhadap Perkembangan Anak

Gambar ilustrasi keluarga yang harmonis pak, foto ini bersumber dari shutterstock
Gambar ilustrasi keluarga yang harmonis pak, foto ini bersumber dari shutterstock

MENURUT Fox (2011), anak merupakan sumber daya manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan membutuhkan perhatian orang dewasa. Anak adalah generasi penerus bangsa sehingga perlu disiapkan sejak dini agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat di masa depan.

Peran orang tua sebagai guru pertama bagi anak sangat memengaruhi tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, interaksi antara orang tua dan anak perlu diperhatikan. Kebutuhan dasar anak dalam keluarga harus terpenuhi, termasuk perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

Menurut Muslich (2011), pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang mencakup pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dan lain-lain) serta kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dan lain-lain). Selain itu, pola asuh juga mencakup sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Selain memenuhi kebutuhan fisik, orang tua juga harus memenuhi kebutuhan psikologis anak. Hal tersebut akan memengaruhi pembentukan karakter moral anak. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan perhatian yang memadai terhadap perkembangan moral anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik, memberikan pengawasan yang tepat, serta menjadi teladan yang konsisten dalam berperilaku.

Pengaruh Media Sosial dalam Komunikasi dan Perkembangan Anak

Pada era digital saat ini, penggunaan media sosial menjadi kebiasaan yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi para orang tua. Media sosial merupakan sarana informasi dan komunikasi yang memiliki dampak positif dan negatif. Media sosial memberikan kemudahan bagi penggunanya sekaligus menciptakan dunia baru bagi mereka. Namun, kemudahan dan dunia baru tersebut juga berdampak pada komunikasi langsung yang biasa dilakukan dalam keluarga, seperti komunikasi tatap muka. Meskipun begitu, penggunaan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari karena sifatnya yang adiktif.

Perubahan perilaku akibat media sosial dapat memengaruhi cara berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ruang lingkup keluarga, penggunaan media sosial dapat memengaruhi pola komunikasi antaranggota keluarga. Penggunaan media sosial dalam komunikasi sering kali berdampak negatif terhadap komunikasi tatap muka. Seorang anak mungkin merasa tidak diperhatikan oleh orang tua yang terlalu asyik dengan dunia maya. Akibatnya, anak dapat merasa terasingkan dan mencari perhatian melalui berbagai cara, seperti bersikap agresif, sering mengamuk, atau menunjukkan perilaku yang menarik perhatian orang tua.

Menurut Buss (1992), perilaku agresif adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja, baik secara langsung maupun tidak langsung (fisik dan verbal), yang bertujuan untuk menyakiti makhluk hidup lain. Buss juga menyatakan bahwa perilaku agresif muncul akibat impuls seperti kemarahan, emosi, sakit hati, serta keinginan untuk melukai atau merugikan orang lain.

Menurut Willis (2011), salah satu faktor yang memengaruhi perilaku agresif anak adalah lingkungan keluarga yang kurang memberikan kasih sayang dan perhatian. Anak yang merasa kurang diperhatikan cenderung mencari perhatian di lingkungan sebayanya atau kelompok lain. Jika keluarga tidak harmonis atau lemah dalam memberikan perhatian, anak berisiko mengembangkan perilaku agresif. Orang tua yang terlalu sibuk dengan media sosialnya, dengan alasan apa pun, dapat membuat anak merasa diabaikan, yang berpotensi menyebabkan perilaku agresif.

Cara Membina Komunikasi dengan Anak

Komunikasi dalam keluarga, terutama antara orang tua dan anak, perlu diperhatikan dengan serius. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang dunia di sekitarnya. Pada masa ini, peran orang tua sangat penting dalam menjawab pertanyaan anak serta mengajarkan ilmu pengetahuan dasar. Selain itu, masa kanak-kanak juga merupakan periode pembentukan karakter moral. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting dalam membentuk kepribadian anak.

SC. Utami Munandar, yang dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya Pembinaan Anak dalam Keluarga, menyatakan bahwa dalam hubungan orang tua dan anak, bukan banyaknya waktu yang dihabiskan bersama yang terpenting, tetapi bagaimana waktu tersebut digunakan untuk membangun hubungan yang harmonis dan menunjang perkembangan mental serta kepribadian anak.

Menurut Alex Sobur, ada tiga cara mendasar dalam membangun keakraban dengan anak untuk mencapai komunikasi yang efektif, yaitu:

1. Orang tua harus mencintai anak tanpa pamrih dan sepenuh hati.

2. Orang tua harus memahami sifat dan perkembangan anak serta mau mendengarkan anak.

3. Orang tua harus kreatif dalam berinteraksi dengan anak dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan.

Selain itu, Hasbullah Husin dalam bukunya Manajemen Menurut Islamologi mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membina komunikasi yang lancar, antara lain:

1. Mudah dimengerti

Pesan atau informasi yang disampaikan orang tua kepada anak harus jelas dan mudah dipahami agar anak dapat menerima dan mengerti maksudnya.

2. Tepat sasaran dan waktu

Orang tua harus memilih waktu dan tempat yang tepat dalam berkomunikasi. Orang tua juga harus memperhatikan situasi dan kondisi anak sebelum memberikan nasihat.

3. Saling percaya

Hubungan antara orang tua dan anak harus dibangun berdasarkan kepercayaan. Dengan adanya rasa saling percaya, komunikasi antara orang tua dan anak akan lebih efektif dan efisien. Orang tua tetap harus memberikan arahan, pengawasan, bimbingan, serta perhatian kepada anak-anaknya.

4. Menggunakan kata-kata yang baik

Saat berkomunikasi, orang tua harus menggunakan kata-kata yang baik dan sopan. Ketika memberikan nasihat atau menegur anak, sebaiknya dilakukan dengan kata-kata yang tidak menyakiti perasaan anak. Penggunaan kata-kata yang tidak baik dapat membuat anak merasa tidak nyaman atau enggan berkomunikasi dengan orang tuanya sendiri.

Dengan menciptakan komunikasi yang efektif, hubungan antara orang tua dan anak dapat semakin erat. Pada era digital saat ini, orang tua perlu menyeimbangkan kebiasaan bermedia sosial dengan menjaga komunikasi yang berkualitas dengan anak. Dengan membangun komunikasi yang baik, diharapkan anak dapat tumbuh dengan karakter moral yang baik dan siap menghadapi masa depan.

Penulis : Chardlyta Belva Umboh

Penulis: Chardlyta Belva UmbohEditor: Herwanto