Budaya  

Kedudukan Perempuan di Dunia Seni Tradisional

Foto dokumen karakter tokoh Dulmuluk dalam pementasan yakni Siti Rahma, Sultan Abdul Muluk, Siti Rafiah dan Khadam (dari kiri kekanan) yang menceritakan kisah istana sentris dan kisah kehidupan. (Foto: Dokumen M Arfani)
Foto dokumen karakter tokoh Dulmuluk dalam pementasan yakni Siti Rahma, Sultan Abdul Muluk, Siti Rafiah dan Khadam (dari kiri kekanan) yang menceritakan kisah istana sentris dan kisah kehidupan. (Foto: Dokumen M Arfani)

HALOPOS.ID|PALEMBANG – Dalam dunia seni pertunjukan tradisional, perempuan seringkali dianggap sebagai tokoh kedua setelah laki-laki. Kedudukan perempuan dalam seni tradisional sulit diakui, dan mereka sering kali dipandang sebagai objek seni, bukan subjek yang memiliki suara dan peran yang sejajar dengan laki-laki.

Namun, pandangan ini sedikit berbeda dalam seni pertunjukan Dulmuluk Palembang, di mana perempuan justru mendapat tempat yang sangat dihargai.

Dalam wawancara yang berlangsung pada Minggu (30/11/2024), Mohammad Arfani, penulis dan pemerhati seni Dulmuluk, menjelaskan beberapa aspek karakter dalam seni Dulmuluk yang menunjukkan penghormatan terhadap perempuan. Menurut Arfani, meskipun budaya patriarki sangat kuat dalam masyarakat pertunjukan tradisional, seni Dulmuluk Palembang justru menempatkan perempuan dalam posisi yang terhormat dan setara dengan laki-laki.

“Dalam seni pertunjukan Dulmuluk Palembang, perempuan tidak hanya sebagai objek seni, tetapi juga sebagai tokoh yang memiliki peran penting. Ini terlihat jelas pada tokoh Siti Rahmah dan Siti Rafiah, yang keduanya diwakili sebagai simbol kekuatan dan martabat perempuan dalam cerita,” ujar Arfani.

Siti Rahmah dan Siti Rafiah, dua tokoh perempuan dalam kisah Abdul Muluk, diceritakan memiliki kedudukan yang setara dengan suami mereka, Sultan Abdul Muluk. Siti Rahmah, istri pertama Sultan Abdul Muluk, digambarkan sebagai perempuan yang anggun dan berbudi pekerti luhur, sementara Siti Rafiah, istri kedua, dikenal sebagai perempuan yang cantik, lincah, dan memiliki ketegaran hati.

Dalam kisah Syair Abdul Muluk, Siti Rahmah digambarkan sebagai sosok yang sangat kuat mempertahankan kehormatannya. Ketika Raja Hindi berusaha merayunya untuk menjadi istrinya setelah Sultan Abdul Muluk kalah dalam pertempuran, Siti Rahmah tetap teguh pada pendiriannya. Ia menolak rayuan tersebut, meskipun Raja Hindi sangat marah dan menghukum dengan mencukur habis rambutnya serta memenjarakan dirinya bersama suaminya.

Perjuangan Siti Rafiah juga sangat menonjol dalam cerita ini. Saat hamil besar, ia melarikan diri ke hutan untuk menghindari pengejaran prajurit Kerajaan Hindi. Di tengah hutan, ia bertempur melawan hewan buas dan berhasil mengalahkannya. Setelah diselamatkan oleh Tuan Syeh, Siti Rafiah kemudian melanjutkan perjalanan untuk menyusul suaminya, Sultan Abdul Muluk, bersama Siti Rahmah.

“Tokoh-tokoh perempuan dalam kisah Syair Abdul Muluk digambarkan sebagai perempuan-perempuan yang kuat, yang tak hanya berjuang untuk keluarga, tetapi juga untuk negara. Ini menunjukkan bahwa peran mempertahankan negara dan keluarga bukan hanya tugas laki-laki, tetapi juga merupakan bagian dari perjuangan perempuan,” tambah Arfani menutup wawancara.

Kisah Dulmuluk Palembang, dengan tokoh-tokoh perempuan yang kuat ini, memberikan gambaran bahwa dalam seni pertunjukan tradisional, perempuan tidak hanya menjadi objek atau perhiasan, tetapi juga memiliki peran yang setara dan penting dalam menjaga kehormatan dan kemajuan keluarga serta negara. (AN)