KKN Mahasiswa UGM, Cerdaskan Pola Pikir Warga Sungsang

Askolani bersama Keluarga Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo dan rombongan di Desa Sungsang III, Senin (24/1/2022).
Askolani bersama Keluarga Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo dan rombongan di Desa Sungsang III, Senin (24/1/2022).

HALOPOS.ID|BANYUASIN – Kotoran manusia atau hewan, mampu dijadikan biogas untuk memasak dan digunakan bagi kebutuhan hidup manusia. 

Terkait masalah itu, Bupati Banyuasin H Askolani, bangga atas masukan mahasiswa Universitas Gadjah Mada atas penemuan biogas yang dapat digunakan masyarakat Desa Marga Sungsang menjadi sarana untuk memasak.

“Saya bangga adanya inisiatif dari mahasiswa UGM yang melihat kotoran manusia dapat dijadikan unsur biogas untuk kebutuhan hidup manusia di lingkungan Desa Marga Sungsang,” ujar H Askolani kepada media ini, dalam kunjungan kerja ketua Keluarga Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo dan rombongan di Desa Sungsang III, Senin (24/1/2022).

Dalam penjelasan mahasiswa UGM di Masjid Babussalam Desa Sungsang III, keadaan masyarakat di Desa Sungsang I, II, III, dan IV, membuang kotoran dan sampah di sembarang tempat.

Karena itu Askolani menilai alangkah baiknya apabila mahasiswa UGM yang melakukan Karya Kerja Nyata (KKN) dapat memberikan solusi terbaik untuk tujuan itu.

“Apalagi biogas yang dihasilkan itu dapat memberikan kreativitas warga secara produktif,” ujar Askolani.

Bupati Banyuasin itu akan memberikan kontribusi bagi gagasan mahasiswa UGM tersebut. Sebab upaya yang dikakukan dalam progres KKN itu, untuk membantu membangun kemajuan sikap dan pola pikir hidup yang bersih dan tertib untuk memberdayakan sikap.hidup masyarakat Sungsang Kabupaten Banyuasin.

Nikah Dini

Menyinggung kebiasaan masyarakat Desa Sungsang yang “gemar” melakukan pernikahan dini, Bupati H Askolani akan berusaha untuk membuka pola pikir masyarakat agar lebih mengutamakan pendidikan yang memadai bagi generasi muda di daerah itu.

“Sudah tidak zamannya lagi apabila masyarakat Sungsang melakukan praktik pernikahan dini. Sebab, remaja berusia 17 tahun ke bawah masih harus berpikir untuk memberdayakan pola pikir dan strategi kehidupan yang lebih berilmu,” ujar Askolani.

Praktik pernikahan dini, kata Bupati, disebabkan pola pikir yang sempit dan tidak ada referensi yang dijadikan perbandingan. Misalnya, ada seorang wanita dengan aktivitas sosial yang tinggi, sedangkan latar belakang pendidikannya mencapai strata III atau bergelar profesor.

“Jika ada wanita atau lelaki yang di sekitar kehidupan mereka itu memiliki gelar akademik yang tinggi, maka kondisi ini dapat menjadi pedoman acuan mereka. Dengan demikian, secara perlahan, kebiasaan melakukan pernikahan dini itu dapat berkurang. Bahkan tidak dilakukan lagi,” ujarnya.

Askolani juga sangat gembira adanya praktik kerja nyata (KKN) mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang melakukan riset dan pengembangan nilai ilmu pengetahuan di Sungsang. Praktik keilmuan semacam ini, kata Askolani, dapat memberi acuan yang cerdas untuk menularkan gagasan cerdas bagi generasi muda.

“Saya sangat bersyukur atas kehadiran Pak Ganjar Pranowo sebagai Ketua Kagama yang secara sederhana dari Jawa Tengah, berkunjung ke Kabupaten Banyuasin (Sungsang). Semoga dengan kehadiran beliau yang notabene Gubernur Jawa Tengah, bisa memberikan referensi bagi kemajuan pola pikir masyarakat Sungsang sekaligus masyarakat Kabupaten Banyuasin,” ujar Askolani menutup perbincangan. (AK)

Editor : Herwan.