1.000 Alquran Bermuatan Lokal Khas Palembang Akan Dicetak

Suasana diskusi di ruang rapat kantor Baznas Sumsel terkait pencetakan Al Quran
Suasana diskusi di ruang rapat kantor Baznas Sumsel terkait pencetakan Al Quran

HALOPOS.ID|SUMSEL – Baznas Sumatera Selatan (Sumsel)  akan mencetak Al Quran untuk cetakan ketiga sebanyak 1000 eks , dalam cetakan ketiga ini Baznas Sumsel akan memasukkan muatan lokal khas Palembang mulai dari cover, iluminasi dan sebagainya.

Menurut Wakil Ketua I Baznas Sumsel Ahmad Marjundi SP Msi didampingi Wakil Ketua II Baznas Sumsel Edi Purnomo ST dan Hendra serta jajaran Baznas Sumsel mengaku sengaja menggelar forum diskusi kecil untuk mengkaji konsep cover Al Quran  yang Insya Allah akan dicetak untuk distribusikan bulan Ramadhan 1444 H tahun 2023 .

“ Kita Baznas akan mencetak Al Quran ini sebanyak 1000 eks ini sudah merupakan tahun ketiga dari pencetakan Al Quran itu tetapi kita ingin sekali ada  sesuatu yang khas dari Al Quran yang kita distribusikan dimana  kalau memungkinkan  di cover Al Quran itu tercermin muatan lokal dimana motif atau corak yang ditampilkan dari cover itu mencerminkan kekhasan daerah Palembang khususnya kemungkinan  berkaitan dengan Palembang Darussalam ,” katanya.

Hadir  perwakilan Lembaga Kajian Melayu, UIN Raden Fatah, Palembang Abdul Azim Amin, Kemas A.R Panji, Dudy Oskandar.

Selain itu menurutnya di pengantar Al Quran nantinya akan menjelaskan bagaimana kisah perjalanan syiar Islam di Sumsel khususnya di kota Palembang juga termasuk bagaimana proses percetakan Al Quran itu yang kita miliki justru sebenarnya bermula dari Palembang.

“Kita berharap dari diskusi ini walaupun  belum sebesar  forum diskusi yang kita harapkan  tapi setidaknya bisa memunculkan ide-ide baik itu  untuk lembar pengantarnya sendiri termasuk  juga cover yang mencerminkan corak bermuatan daerah seperti apa yang kita harapkan,” katanya.

Sedangkan Kemas A.R Panji menambahkan karena bulan puasa sudah semakin dekat , tidak terkejar membuat iluminasi dengan membuat yang baru atau dicetak ulang lagi , ada solusi mungkin cover dan pengantar diperbaharui  namun isi Al quran tetap yang lama.

“Ada pemikiran  tentang bahan-bahan di cover dan list segala macam dengan nuansa lokal kita, motip-motip kita , makanya  Al Quran pak Abdul Azim Amin mau dilihat motipnya dan dipoto, kalau bisa di akomodir bisa masuk di Alquran terbitan ke tiga  dan ditambah sejarah singkat  tentang Al Quran Palembang ini karena sudah data oleh Tempo, Kementrian Agama, dan mana-mana dan diakui Al Quran Palembang ini adalah cetakan  pertama , bahkan jauh sebelum Singapura dan Bombay kita sudah cetak duluan, luar biasanya ini  perlu kita edukasi dan informasikan kepada masyarakat,” katanya.

Selain itu nanti motip Palembang ditonjolkan di Al Quran yang akan dicetak ini juga dibelakang atau di depannya ada sejarah tentang  percetakan Alquran di Palembang itu.

“ Kita ingin menunjukkan kalau Palembang ini jauh lebih maju, apalagi urusan agama Islam,  karena Palembang dulu di bawah Kesultanan Palembang Darussalam,” katanya.

Dan dia berharap  dalam minggu-minggu ini sudah ada hasil  sehingga langsung dikerjakan sehingga sebelum bulan puasa sudah terbit Al Quran ini sebanyak 1000 eks.

Sedangkan Abdul Azim Amin tidak berkeberatan kalau muatan lokal mulai dari cover, iluminasi dan sebagainya  diambil  dari Al Quran milik keluarganya yang tinggal satu –satunya ini di masukkan dalam Al Quran yang akan dicetak Baznas Sumsel nantinya.

“Asalnya disebutkan sumbernya, tidak apa-apa,” kata Abdul Azim Amin.

Dijelaskan Abdul Azim Amin , sejauh yang diketahui hingga sekarang, Al-Qur’an cetakan tertua di Indonesia—dan juga di Asia Tenggara—adalah cetakan Palembang, yang selesai dicetak pada hari Senin, 21 Ramadhan 1264 H (21 Agustus 1848 M) yang kini dia pegang saat ini.

Mushaf ini menurutnya ditulis oleh Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah, dicetak oleh Ibrahim bin Husin asal Singapura, di percetakan milik Haji Muhammad Azhari sendiri. Ukuran naskah 30 x 20 x 3 cm, bidang tulis 21 x 13 cm, tebal 607 + 2 halaman kolofon. Kertas tipis putih halus, tidak ada watermark; tidak ada kulit/sampul, pinggir jilidan disepuh emas; setiap juz terdiri atas 20 halaman; tanda ayat berupa lingkaran hitam, sebagian dibubuhi emas.

Selain itu masing-masing juz dibagi dalam nisf; setiap juz dan nisf ditandai dengan hiasan di bagian kanan dan kiri; tulisan juz di dalam lingkaran dari juz 1-10 merupakaan tulisan baru; variasi hiasan awal juz dan nisf, di kiri dan kanan halaman, selalu berbeda, menunjukkan kekayaan motif dan keterampilan yang memadai; di bagian atas terdapat nama surah kecil, dan di bagian bawah terdapat angka halaman (ini merupakan sesuatu yang baru); catatan qira’at terutama di bagian awal al-Qur’an merupakan catatan baru, bukan asli cetakan.

Dan Kolofon di dua halaman akhir mushaf cetakan ini berbunyi:

Sebermula adalah mengecap Al-Qur’an al-‘Azim ini di atas pres litografi yakni di atas himpitan batu dengan khat suratan faqir ila Allahi ta’ala al-Haji Muhammad Azhari ibnu Kemas al-Haji Abdullah, Palembang nama negerinya, Syafi’i mazhabnya, Asy’ari i’tiqadnya, Junaidi ikutannya, Sammani minumannya.

Maka adalah yang mengerjakan cap ini Ibrahim ibnu Husain, Shahab Nagur nama negerinya Singapura tempat kediamannya daripada murid tuan Abdullah ibnu Abdulkadir Munsyi Malaka. Telah selesailah daripada mengecap dia pada hari Senin dua puluh satu hari daripada bulan Ramadhan atas rukyat negeri Palembang pada hijrah Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam – seribu dua ratus enam puluh empat tahun 1264.

Maka membetuli pada dua puluh satu hari bulan Agustus tarikh Masehi seribu delapan ratus empat puluh delapan tahun (1848) dan enam belas hari bulan Misra tarikh Kubti seribu lima ratus enam puluh empat tahun (1564) dan sembilan hari bulan Ab tarikh Rumi dua ribu seratus lima puluh sembilan tahun (2159) dan dua puluh empat hari bulan Isfandar mah tarikh Farsi seribu dua ratus tujuh belas tahun (1217). Maka adalah banyak bilangan Qur’an yang dicap itu seratus lima Qur’an.

Maka perhimpunan mengerjakan dia lima puluh hari, jadi di dalam satu hari dua Qur’an tiga juz, dan tempat mengerjakan cap itu di dalam daerah negeri Palembang di dalam kampung Tiga Ulu pihak kiri mudik kampung Demang Jayalaksana Muhammad Najib ibnu almarhum Demang Wiralaksana Abdul Khaliq. Mudah-mudahan mengampuni Allah – subhanahu wa ta’ala – bagi mereka yang menyurat dia dan yang mengerjakan dia dan yang membaca akan dia dan bagi segala ibu bapak mereka itu dan segala muslim laki-laki dan perempuan dan bagi segala ibu bapak mereka itu. Wa shallallahu ‘ala khairi khalqihi sayyidina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallam.