HALOPOS.ID|PALEMBANG – Tingkat inflasi bulanan Desember 2023 di provinsi Sumatra Selatan relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan juga lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Demikian dikatakan Kepala BPS Provinsi Sumsel, Moh Wahyu Yulianto.
“Di Palembang terjadi inflasi cukup rendah, yaitu sebesar 0,15%, dengan laju inflasi sebesar 3,22%. Karena ini akumulasi satu tahun, sehingga laju inflasi angkanya sama secara year to year (yty),” ujar dia saat Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Sumsel, Selasa (2/1/2024) di kantor BPS Sumsel.
Sementara itu, untuk Lubuklinggau, tercatat inflasi lebih tinggi dengan Kota Palembang yakni sebesar 0,35%, dengan laju inflasi sevesar 2,61%.
Tahun ini inflasi gabungan 2 kota tercatat sebesar 0,15 persen, sementara tahun 2022 sebesar 0,48 persen.
“Untuk inflasi gabungan 2 kota tersebut, tercatat inflasi sebesar 0,15%, tingkat inflasi year to date (ytd) Desember 2023 sama dengan inflasi yoy sebesar 3,17 persen,” ujar dia.
Pada Desember 2023 terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 3,17 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,48. Inflasi yoy di Kota Palembang sebesar 3,22 persen dengan IHK sebesar 116,53 dan di Kota Lubuk Linggau sebesar 2,61 persen dengan IHK sebesar 115,97.
Wahyu menambahkan bahwa perkembangan inflasi selama tahun 2023 ini dipengaruhi beberapa hal, diantaranya adanya kenaikan harga bawang merah di bulan Desember, karena pasokan berkurang di pasaran.
“Produksi bawang merah terganggu akibat El Nino berkepanjangan dan musim hujan yang belum merata sehingga terjadi gagal panen di sentra produksi bawang merah. Akibatnya harga bawang merah melonjak tinggi,” ujar dia.
Kemudian adanya perayaan natal dan tahun baru memberikan peningkatan konsumsi di masayarakat. “Momentum perayaan Hari Raya Natal, Tahun Baru dan liburan sekolah mendorong tingginya permintaan masyarakat untuk bahan pokok dan tarif angkutan udara. Selain itu ketersediaan kursi yang minimum dan jumlah penerbangan yang sedikit menyebabkan mahalnya tarif angkutan udara pada periode Nataru,” imbuh dia.
Sementara itu, dari tarikan deflasi, menurut Wahyu hal ini disebabkan karena penyesuaian harga BBM di bulan Desember.
“Ada beberapa komoditas BBM yang mengalami penurunan. Kemudian ada kenaikan
harga emas dunia, dan harga tomat yang melonjak cukup tinggi.
Namun, pada bulan Desember juga ada penurunan yang cukup tajam untuk komoditas cabai merah dan cabai rawit yang sebelumnya pada bulan November mengalami kenaikan yang cukup tinggi. “Pasokan tomat dari petani lokal berkurang dikarenakan banyak petani yang beralih menanam cabai sehingga harga tomat melonjak tinggi di pasaran,” kata Wahyu.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, diantaranya kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar (7,22%), kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (3,74%), kelompok pendidikan (2,85%), kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (1,77%).
Selanjutnya, kelompok pakaian dan alas kaki (1,42%), kelompok kesehatan (1,34%), kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,28%), kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (0,53%), kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,44%), kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,39%), dan kelompok transportasi (0,07%).
Reporter : Dino Martin