Masyarakat Diminta Waspada, Palembang Hadapi Cuaca Ekstrem 11-18 Maret

Wali Kota Palembang, Ratu Dewa
Wali Kota Palembang, Ratu Dewa

HALOPOS.ID|PALEMBANG – Warga Kota Palembang diminta meningkatkan kewaspadaan menghadapi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi pada 11-18 Maret.

Berdasarkan informasi dari BMKG Wilayah Sumatera Selatan, periode tersebut bertepatan dengan puncak pasang air laut, yang berpotensi menyebabkan banjir di beberapa wilayah.

Menindaklanjuti peringatan tersebut, Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, telah menginstruksikan langkah-langkah antisipasi dengan melibatkan berbagai instansi terkait.

“Kami sudah menggelar rapat koordinasi bersama BMKG Sumsel, Dinas PUPR, Dinas Pemadam Kebakaran, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta para camat dan lurah. Semua pihak diminta siaga menghadapi potensi bencana,” ujar Ratu Dewa usai rapat, Rabu (12/3).

Sejumlah wilayah rawan banjir menjadi fokus perhatian, termasuk Kertapati, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Kalidoni, Gandus, dan sebagian Sematang Borang. Salah satu titik krusial adalah kawasan Simpang Polda, di mana genangan tinggi kerap terjadi akibat sistem drainase yang belum optimal.

“Kami menemukan adanya codetan yang perlu segera dibangun. Proses pengadaan sedang berlangsung agar masalah ini bisa segera diatasi,” jelasnya.

Sebagai langkah penanganan, Pemkot Palembang akan memaksimalkan fungsi pompanisasi, khususnya di Sekip Bendung dan pompa portable milik Balai Sungai. Saat ini, dari enam unit pompa di Sungai Bendung, hanya tiga yang berfungsi, sementara sedimentasi tinggi dan penyempitan parit memperburuk kondisi.

“Ke depan, kapasitas pompanisasi akan ditingkatkan agar air dari Simpang Polda dapat tersedot dan mengalir lebih lancar,” tambahnya.

Selain itu, bagi warga yang tinggal di tepian sungai, Ratu Dewa mengimbau agar membangun rumah dengan konsep rumah panggung guna mengurangi dampak banjir.

“Masyarakat harus bersahabat dengan alam. Kami juga menyiagakan perahu karet untuk evakuasi, terutama di kawasan Pulau Kemaro, Kecamatan Ilir Timur II, yang dihuni banyak penduduk di tepi sungai,” pungkasnya. (*)