Heboh Isu Penculikan Siswi SMPN 30 Palembang Ternyata Hoaks: Disdik Geram, Minta Sekolah dan Siswa Lebih Bijak Bermedsos

Siswa,guru dan Kepala SMP Negeri 30 Palembang mengelar Yasin bersama sekaligus mendengarkan tausiyah dan himbauan yang disampaikan Kepala SMP Negeri 30 Palembang, Kamila Delima, S.Pd, M.Si.
Siswa,guru dan Kepala SMP Negeri 30 Palembang mengelar Yasin bersama sekaligus mendengarkan tausiyah dan himbauan yang disampaikan Kepala SMP Negeri 30 Palembang, Kamila Delima, S.Pd, M.Si.

HALOPOS.ID|PALEMBANG –
Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Palembang memastikan kabar dugaan percobaan penculikan terhadap seorang siswi SMP Negeri 30 Palembang yang sempat viral di media sosial adalah tidak benar alias hoaks.

Peristiwa yang sempat membuat geger masyarakat itu disebut terjadi pada Jumat (31/10/2025) sekitar pukul 06.30 WIB di Jalan Panjaitan, Lorong Pegagan, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang. Namun setelah dilakukan penyelidikan, polisi menemukan tidak ada bukti maupun saksi yang menguatkan adanya upaya penculikan sebagaimana disebarkan.

Kabar tersebut ternyata berasal dari pengakuan iseng sang siswi yang kemudian menyebar luas di media sosial tanpa verifikasi.

Menanggapi temuan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, Ir. M. Affan Prapanca, M.T., IPM, menyampaikan keprihatinan mendalam dan menyesalkan tindakan sang siswi yang telah menimbulkan kepanikan luas di kalangan orang tua, guru, dan siswa.

“Kami sangat menyayangkan ulah iseng tersebut. Akibatnya, muncul kekhawatiran dan keresahan di lingkungan sekolah. Kami berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak,” tegas Affan, Jum’at (7/11/2025) di ruang kerja

Affan menekankan pentingnya literasi digital dan kebijaksanaan dalam bermedia sosial, terutama di kalangan pelajar. Ia meminta guru untuk lebih aktif memberikan edukasi tentang etika bermedsos serta pentingnya menyaring informasi sebelum menyebarkannya.

“Kasus hoaks seperti ini menunjukkan betapa cepatnya informasi menyesatkan dapat memicu kepanikan publik. Di era digital, literasi media menjadi tameng utama agar masyarakat, khususnya kalangan pelajar, tidak terjebak dalam arus informasi yang menyesatkan.

“Kami mengimbau para siswa agar lebih arif menggunakan media sosial. Jangan mudah membuat atau menyebarkan kabar tanpa kebenaran yang jelas. Guru pun harus menjadikan kasus ini sebagai bahan pembelajaran karakter bagi peserta didik,” ujarnya.

Meski kasus tersebut terbukti hoaks, Dinas Pendidikan tetap mengingatkan pihak sekolah dan keluarga siswa untuk tidak lengah dalam pengawasan terhadap anak-anak.

“Kewaspadaan harus tetap dijaga. Kami meminta sekolah dan orang tua memperketat pengawasan, terutama saat jam berangkat dan pulang sekolah,” tutur Affan.

Sementara itu,Kepala SMP Negeri 30 Palembang, Kamila Delima, S.Pd, M.Si.menegaskan bahwa kasus dugaan percobaan penculikan terhadap siswinya yang sempat viral di media sosial sebenarnya hanya kesalahpahaman. Peristiwa tersebut, kata Kamila, dilakukan oleh anak didiknya sendiri dan terkait dengan kondisi psikologis siswa tersebut.

“Perbuatan ini dilakukan oleh anak didik kami. Kami tidak menyalahkan siapa pun, karena sejak awal pihak sekolah sudah memiliki asesmen dan data lengkap setiap siswa, termasuk latar belakang keluarga mereka,” ujar Kamila saat dikonfirmasi melalui sambung telpon Via WhatsApp

Ia menjelaskan, siswa yang bersangkutan tidak tinggal bersama orang tua kandung, melainkan bersama nenek dan tantenya. Kondisi keluarga tersebut, menurut Kamila, memungkinkan terjadinya dinamika atau konflik internal yang turut memengaruhi perilaku anak di sekolah.

“Saya dan guru-guru lain sangat menyayangkan kebohongan yang akhirnya menimbulkan kegaduhan dan menjadi viral di media sosial. Padahal, masalah seperti ini bisa diselesaikan secara baik-baik. Namun kami mengambil hikmah dari kejadian ini, baik bagi anak, keluarga, maupun pihak sekolah,” ujarnya.

Kamila menambahkan, pihaknya kini lebih menekankan pendidikan karakter kepada para siswa. Setiap Jumat, setelah kegiatan membaca Yasin dan kultum bersama, sekolah mengadakan sesi refleksi untuk memberikan nasihat moral kepada para peserta didik.

“Kami selalu mengingatkan agar anak-anak menjaga ucapan dan bersikap jujur. Dulu ada pepatah ‘mulutmu adalah harimaumu’, tapi sekarang juga berlaku ‘jarimu adalah harimaumu’. Jadi, berhati-hatilah dalam berbicara dan bermedia sosial,” pungkasnya.(San)

Penulis: Hasan BasriEditor: Herwanto